Daftar Isi:
  • Produksi pepaya di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun namun pemanfaatannya belum maksimal. Kandungan serat pada pepaya mempunyai efek yang berperan dalam pencegahan dan penatalaksanaan beberapa penyakit, misalnya konstipasi dan kanker kolon. Salah satu pengembangan produk yang dapat dilakukan dalam upaya penanggulangan konstipasi dan kanker kolon secara preventif dan kuratif yaitu pembuatan mie basah pepaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh susbtitusi tepung pepaya (Carica pepaya L.) pada mie basah terhadap kadar serat kasar dan daya putus mie basah hasil substitusi dan menentukan komposisi substitusi tepung pepaya terbaik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 2 kali replikasi. Tepung pepaya dibuat dari pepaya Thailand mengkal yang dihaluskan, ditambah dengan buih putih telur dan dikeringkan pada suhu 60°C selama ±24 jam. Proporsi tepung terigu banding tepung pepaya yang digunakan adalah P0 (100% : 0%), P1 (90% : 10%), P2 (80% : 20%), P3 (70% : 30%) dan P4 (60% : 40%). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada variabel serat kasar (Kruskal-Wallis, p=0,003) dan daya putus mie basah pepaya (Anova, p=0.000). Proporsi terbaik dalam pemenuhan daya putus mie basah pepaya adalah P1 (tepung pepaya 10%), sedangkan untuk kadar serat tertinggi terdapat pada P3 (tepung pepaya 30%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah substitusi tepung pepaya 10% merupakan taraf perlakuan terbaik dalam meningkatkan kadar serat kasar dan pemenuhan daya putus mie basah pepaya. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk dilakukan uji lanjutan yaitu uji organoleptik mie basah pepaya 10% untuk melihat tingkat penerimaan panelis terhadap produk tersebut.