Strategi Manajemen Risiko Proses Produksi Ayam Crispy Dengan Metode Fuzzy Failure Mode And Effect Analysis Dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process Pada Waba Resto Malang

Main Author: Ersanti, NianggardaDwi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/151337/1/Laporan_bab_1-5.pdf
http://repository.ub.ac.id/151337/1/Cover_DLL.pdf
http://repository.ub.ac.id/151337/2/Naskah_Jurnal.pdf
http://repository.ub.ac.id/151337/
Daftar Isi:
  • WABA Resto merupakan industri kuliner dengan produk unggulannya yaitu ayam crispy. Beberapa tahapan proses produksi ayam crispy memiliki kemungkinan terjadinya risiko yang menyebabkan kecacatan pada produk seperti waste, patah, dan rusak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode FFMEA dan FAHP. Penelitian ini menggunakan 3 pakar atau responden yang terdiri dari supervisor, dan karyawan bagian produksi. Pemilihan pakar juga berdasarkan rekomendasi pemilik WABA Resto. Risiko yang dapat mempengaruhi kualitas produk ayam crispy di WABA Resto meliputi risiko ketidak disiplinan sortasi, risiko menurunnya kualitas material, risiko keterlambatan distribusi, risiko menurunnya kualitas ayam, risiko inconsistency cita rasa, risiko ketidak disiplinan waktu, risiko pembekuan air rendaman, risiko ketidak disiplinan penepungan, risiko ketidak disiplinan penggorengan, dan risiko menurunnya kualitas produk akhir. Hasil perhitungan dengan metode FMEA menggunakan 10 faktor risiko telah didapatkan 2 risiko kritis. Risiko kritis tersebut memiliki nilai FRPN tertinggi yang meliputi risiko pada tahap penyimpanan sementara (di depo) yaitu menurunnya kualitas material dengan FRPN 3.41 dan risiko pada tahap penggorengan yaitu ketidak disiplinan penggorengan dengan FRPN 3.31. Risiko kritis dari 10 faktor risiko dilakukan pengolahan data lanjutan dengan menggunakan metode FAHP untuk menentukan strategi alternatif sebagai saran perbaikan. Alternatif strategi manajemen risiko pada tahap penyimpanan sementara (di depo) meliputi pengadaan genset otomatis (0.48), melaksanakan inspeksi kontrol suhu (0.27), dan pengendalian persediaan (0.00). Tahap penggorengan meliputi melakukan xv perawatan mesin secara rutin (0.46), pengadaan timer (0.39), dan pengendalian kapasitas maksimum 1x penggorengan (0.00).