Pengaruh Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Tepung Ampas Tahu
Daftar Isi:
- Ampas tahu merupakan hasil samping dari proses pembuatan tahu. Ampas tahu memiliki daya tahan yang singkat. Jika tanpa proses pengolahan ampas tahu akan bertahan selama 3 hari dan kemudian akan berubah berwarna kecoklatan dan berbau basi. Pemanfaatan ampas tahu yang dilakukan oleh masyarakat salah satunya menjadikan bahan samping pembuatan tahu ini menjadi kudapan seperti tempe menjes atau tahu jegug (dalam istilah jawa). Salah satu alternatif pemanfaatan ampas tahu tersebut dengan pengolahan menjadi tepung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan terhadap sifat tepung ampas tahu yang dihasilkan. Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua factor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama konsentrasi Natrium metabisulfit (R), terdiri dari 3 level yaitu 1) 200 ppm (R1), 2) 400 ppm (R2), 3) 600 ppm (R3). Faktor yang kedua suhu pengeringan (P), terdiri dari 3 level yaitu 1) 40 °C (P1), 2) 50 °C (P2), 3) 60 °C (P3). Analisa data menggunakan ANOVA (Analisys of Variance) yang diikuti dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 0.05 dan 0.01. Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode De Garmo. Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi natrium metabisulfit dan suhu pengeringan, memberikan pengaruh terhadap tepung ampas tahu yang dihasilkan. Hasil paling optimal diperoleh pada perlakuan konsentrasi natrium metabisulfit 600 ppm dan suhu 60°C. Pada perlakuan ini diperoleh nilai kadar air 3.85%, kadar abu 2.40% dan derajat putih 60.09%, Escherichia coli 0 CFU/g dan Salmonella sp 0 CFU/g.