Pengaruh Pengaturan Suhu Penyulingan Terhadap Rendemen Minyak Atsiri dan Kadar Senyawa Diallyl Sulfida dalam Minyak Atsiri Bawang Putih (Allium sativum)
Main Author: | Saputra, RizkiAdik |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/149212/1/LAPORAN_SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/149212/ |
Daftar Isi:
- Bawang putih (Allium sativum) merupakan komoditas pertanian yang banyak dibutuhkan di dunia. Banyaknya manfaat dan besarnya peranan bawang putih dalam menunjang kehidupan manusia, maka pengembangan produk bawang putih perlu ditingkatkan. Salah satu jenis pengembangan produk yang sering dijumpai adalah minyak atsiri bawang putih. Pada peneltian ini untuk mendapatkan minyak atsiri bawang putih menggunakan penyulingan air dan uap karena suhunya relatif rendah. Prinsip dari destilasi uap dan air adalah mempertemukan uap dengan potongan umbi bawang putih dan uap hasil pertemuan tersebut dikondensasikan dan dipisahkan kandungan yang terikat (senyawa dialil sulfida) . Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) Pengaruh suhu destilasi terhadap rendemen dan senyawa diallyl sulfida pada minyak atsiri bawang putih 2) Pengaruh suhu terhadap waktu penyulingan minyak atsiri bawang putih. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental faktonal. Bawang putih sebagai bahan yang akan diamati, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap rendemen dan kadar senyawa dialil sulfida yang terkandung dalam minyak atsiri yang dihasilkan dari proses penyulingan dengan pengaturan suhu yang berbeda. Penelitian ini dilakukan tiga kali pengulangan untuk masing-masing perlakuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap rendemen, kadar senyawa diallyl sulfida dan waktu penyulingan minyak atsiri bawang putih. Rendemen minyak bawang putih yang paling tinggi terdapat pada suhu 107,09 °C yaitu 0.740%. Semakin meningkat suhu, rendemen minyak bawang putih juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil pengujian kadar senyawa diallyl sulfida minyak atsiri bawang putih dengan menggunakan model pengujian GCMS, kadar senyawa diallyl sulfida tertinggi yaitu 55,53 % pada suhu 98,21 oC. Pengaruh besarnya suhu pemanasan pada minyak atsiri bawang putih berbanding terbalik terhadap waktu yang dibutuhkan. Waktu penyulingan tercepat dihasilkan pada suhu 115,97 °C yaitu dengan waktu 300 menit. Minyak atsiri yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki warna kuning keoranyean pada perlakuan suhu 98,21 oC, pada suhu 107,09 °C dan 115,97 °C berwarna kuning kecoklatan. PH minyak atsiri yang didapatkan pada perlakuan 98,21 °C; 107,09 °C; 115,97 °C berturut-turut adalah 6,8 ; 7,1 ; 6,9 yang masih menunjukkan ph netral. Nilai indeks bias minyak pada perlakuan 98,21 °C; 107,09 °C; 115,97 °C berturut-turut adalah 1,532 ; 1,578 ; 1,573 sedangkan densitas dari minyak atsiri pada perlakuan suhu 98,21 °C; 107,09 °C; 115,97 °Cberturut-turut adalah 1,114 ; 1,098 ; 1,098