Analisis Perbaikan Tata Letak Toko Persada Swalayan melalui Pendekatan Perilaku Konsumen dengan Metode Market Basket Analysis
Daftar Isi:
- Setiap perusahaan perlu memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada perilaku konsumennya. Dalam usaha ritel, pengetahuan tentang pola perilaku belanja dapat dimanfaatkan untuk menyusun tata letak rak toko sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen dalam melakukan pembelian, dan dapat meningkatkan kemungkinan munculnya keinginan membeli atau impulse buying. Hal inilah yang nantinya akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan daya saing dan menaikkan profit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Market Basket Analysis (MBA). MBA merupakan salah satu tipe analisis data yang bertujuan untuk menentukan produk apa saja yang paling sering dibeli atau digunakan sekaligus oleh para pelanggan dengan menemukan asosiasi antar produk-produk yang diletakkan dalam keranjang belanja. MBA adalah salah satu contoh penerapan Association Rule dengan tiga macam ukuran, yaitu support (tingkat dominansi faktor), confidence (tingkat kedekatan faktor) dan improvement ratio (validasi kedekatan faktor). Penelitian ini juga menggunakan metode Activity Relationship Chart (ARC) untuk mengetahui kedekatan produk secara kualitatif. Hasil dari perhitungan MBA, didapat nilai support terbesar 29,40% yaitu produk snack. Hal ini menunjukkan bahwa snack merupakan produk yag sering dibeli konsumen. Nilai confidence terbesar 80,06% yaitu pasangan produk sabun dan sabun cuci dan pasangan produk sabun dan snack. Nilai improvement ratio menunjukkan bahwa semua fungsi pasangan produk menunjukkan angka lebih dari satu yang berarti bahwa proses pencarian kedekatan faktor pada penelitian ini adalah valid. Hasil pengolahan data secara kualitatif dengan tools ARC menghasilkan beberapa produk yang seharusnya didekatkan secara metode MBA namun karena mempengaruhi sifat kimiawi, produk tersebut dijauhkan. Contoh produk ini adalah sabun cuci dan makanan instan dan beberapa jenis produk lagi yang umumnya adalah jenis makanan dan jenis produk yang memiliki sifat kimia kuat seperti sabun obat serangga, dan pewangi. Beberapa produk tidak memiliki hubungan kuantitatif namun memiliki kedekatan kualitatif sehingga produk-produk tersebut didekatkan sesuai sifat kualitatifnya. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah susu dan teh. Dari hasil pengolahan data MBA dan ARC didapat tiga alternatif layout baru. Ketiga layout sebenarnya sudah memenuhi aturan MBA namun memiliki beberapa perbedaan sehingga dipilih satu layout terbaik. Layout pertama memiliki kelemahan karena produk sejenis dan seragam tidak berkumpul. Layout kedua sulit menghindari kedekatan produk dengan sifat kimiawi kuat. Layout ketiga selain memenuhi aturan MBA juga memnuhi aturan kualitatif produk sehingga terpilih sebagai layout rekomendasi. Pada layout terpilih dapat dilihat bahwa beberapa produk harus diubah dari posisi sebelumnya. Produkproduk yag harus dipindah diantaranya produk sabun cuci, snack, dan produk lainnya.