Pola Komunikasi Antarpribadi Guru Dengan Siswa Dalam Meningkatkan Minat Belajar (Studi Kasus Pada Siswa Penyandang Tunarungu Di Slb B/C Bina Karya Insani)
Main Author: | Wijaya, Rica |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://kc.umn.ac.id/6185/7/HALAMAN%20AWAL.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/1/BAB%20I.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/2/BAB%20II.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/3/BAB%20III.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/4/BAB%20IV.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/5/BAB%20V.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/6/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/8/LAMPIRAN.pdf http://kc.umn.ac.id/6185/ |
Daftar Isi:
- Komunikasi antarpribadi sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar bagi anak berkebutuhan khusus, guna menangani secara langsung kesulitan yang dialami oleh setiap siswanya selama proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi antarpribadi guru dan siswa SLB Bina Karya Insani dalam meningkatkan minat belajar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Wawancara mendalam, dan observasi partisipan merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep komunikasi antarpribadi, tujuan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru, tahap komunikasi, karakteristik komunikasi antarpribadi, komunikasi verbal dan non-verbal, pola komunikasi, minat belajar, dan tunarungu. Hasil penelitian yang didapatkan adalah pola komunikasi interpersonal yang dilakukan di SLB Bina Karya Insani adalah model komunikasi demokratis, dimana guru di SLB Bina Karya Insani memberikan kebebasan kepada siswanya untuk melakukan kegiatan apapun, tetapi masih berada di bawah pengawasan guru. Metode pengajaran yang diberikan secara menarik. Hambatan komunikasi yang terjadi adalah keterbatasan bahasa isyarat yang digunakan pada saat murid masuk ke SLB B/C Bina Karya Insani, sehingga pada saat itu pemberian materi juga terhambat. Hal tersebut diakibatkan karena guru-guru harus mengajarkan bahasa isyarat mulai dari awal kepada murid-murid baru di SLB B/C Bina Karya Insani.