PENGARUH PELATIHAN SISTEM PENILAIAN KINERJA TERHADAP KEMAMPUAN KEPALA RUANGAN MENERAPKAN SISTEM PENILAIAN KINERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Main Authors: Istianah, Istianah, Hapipah, Hapipah, Ernawati, Ernawati
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: Diploma III Keperawatan Malahayati Bandar Lampung , 2019
Online Access: http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kreativitas/article/view/1207
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kreativitas/article/view/1207/pdf
Daftar Isi:
  • ABSTRACT : INFLUENCE OF TRAINING PERFORMANCE ASSESSMENT SYSTEMS TO HEAD OF ROOM APPLICABLE APPLYING PERFORMANCE ASSESSMENT SYSTEM IN INSTALLATION OF INGREDIENTS OF RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM EAST KALIMANTAN PROVINCE The room chief plays a role in the performance appraisal system can run properly and appropriately to give satisfaction to the nurse. The understanding and implementation of performance assessment systems that does by the chief of room can be done through training. This study aims to identify the effect of performance appraisal system training on the ability of the head of the room to apply performance appraisal system. This study used Quasy Experiment and approached one group pre test-post test design. Samples numbered 9 chiefs of room. Measuring instrument used was a questionnaire by univariat and bivariat analysis. The results showed there was the Changes of capability in implementing the performance appraisal system before and after training (ρ=0.019). Based on this study suggested that the head of the room optimizes the implementation of the program performance appraisal system programmatically and improves the ability and skills of the head of the room in performing the assessment function.. Keywords: Performance Appraisal System,  Ability Kepala ruangan berperan dalam sistem penilaian kinerja dapat berjalan dengan baik dan tepat sehingga dapat memberikan kepuasan kepada perawat pelaksana.Pemahaman dan implementasi sistem penilaian kinerja yang dilakukan kepala ruangan dapat dilakukan melalui pelatihan.Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh pelatihan sistem penilaian kinerja terhadap kemampuan kepala ruangan menerapkan sistem penilaian kinerja.Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dan menggunakan pendekatanone group pretest -posttest design.Sampel berjumlah 9 orang kepala ruangan.Alat ukur yang digunakan kuesioner dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perubahan kemampuan kepala ruangan dalam menerapkan sistem penilaian kinerja sebelum dan sesudah pelatihan (ρ=0,019). Berdasarkan penelitian ini disarankan agar kepala ruangan mengoptimalkan pelaksanaan sistem penilaian kinerja secara terprogram dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan kepala ruangan dalam melaksanakan fungsi penilai. Kata kunci : Sistem Penilaian Kinerja, Kemampuan
  • ABSTRAKDiabetes melitus merupakan penyakit kronis dan kompleks yang membutuhkan perawatan terus-menerus dengan strategi pengurangan risiko multifactorial. Neuropati perifer merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien DM dan mengenai 50 % pasien DM tipe 2. Deteksi dini adanya gangguan sensasi pada neuropati diabetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan kaki untuk mendeteksi neuropati sensori. Tujuan setelah dilakukan kegiatan pengabdian ini adalah dapat mendeteksi dan mengetahui peserta prolanis yang mengalami neuropai sensori, prolanis dapat mengetahui kondisi/keadaan kakinya masing-masing dan peserta prolanis dapat memahami dan mengerti tentang pentingnya melakukan pemeriksaan dan perawatan kaki diabetik. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa pemeriksaan kaki diabetik dengan menggunakan alat monofilament 10 gr, garpu tala 128 Hz dan Ipswich Touch Test (IpTT) dan leaflet. Terdapat gambaran peserta prolanis yang mengalami neuropati sensori dan peningkatan pengetahuan peserta prolanis tentang pemeriksaan kaki diabetik. Dengan demikian pemeriksaan kaki diabetik untuk mendeteksi adanya neuropati diabetik sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Kata kunci: diabetes mellitus, neuropati diabetik, pemeriksaan kaki diabetik ABSTRACT Diabetes mellitus is a chronic and complex disease that requires continuous treatment with a strategy to increase multifactorial risk. Peripheral neuropathy is the most common complication in DM patients and about 50% of patients with type 2 diabetes mellitus. Early detection of complications in diabetic neuropathy can be done through foot examination to use sensory neuropathy. The goal after this service activity is to be able to refute and study prolanist participants who improve sensory neuropsy, prolanis can understand the conditions / difficulties of each and the prolanis participants can be questioned and learned about how to seek help and diabetic foot care. While the activities carried out consisted of examining the feet using a 10 gram monofilament device, feeding 128 Hz and Ipswich Touch Test (IpTT) tunnels and leaflets. It is estimated that prolanis participants improve sensory neuropathy and increase prolanist participants' knowledge about diabetic foot examination. Thus, examination of the feet to detect the presence of diabetic neuropathy is very important to prevent further complications. Keywords: diabetes mellitus, diabetic neuropathy, diabetic foot examination