KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR KAMBING PERANAKAN ETAWA JANTAN YANG DIBERI PAKAN FERMENTASI AMPAS TAHU DAN BUNGKIL INTI SAWIT DENGAN IMBANGAN YANG BERBEDA
Main Authors: | Yulianti, Ghina, Dwatmadji, Dwatmadji, Tatik, Suteky |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Archive |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unib.ac.id/20331/1/GHINA%20YULIANTI_E1C015065_SKRIPSI.pdf http://repository.unib.ac.id/20331/ |
Daftar Isi:
- Kambing Peranakan Etawa atau PE adalah hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing lokal Indonesia yaitu kambing Kacang. Warna tubuh dominan putih dengan pola warna tubuh didominasi dengan dua warna dan memiliki garis muka berbentuk cembung. Pakan merupakan sumber nutrisi yang sangat menunjang produktivitas ternak. Salah satu cara meminimalisir besarnya biaya pembelian pakan yang besar pada pakan konvensional maka perlunya penggunaan pakan nonkonvensional berupa hasil sampingan dari perkebunan kelapa sawit berupa bungkil inti sawit (BIS) dan hasil sampingan industri pengolahan tahu berupa ampas tahu. Kandungan nutrisi protein kasar bungkil inti sawit sebesar 14,5-19,5% dengan serat kasar 13,0-20,0%. Ampas tahu mengandung nutrisi protein kasar 15,22% dengan serat kasar 17,66%. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan protein kasar dan serat kasar kambing Peranakan Etawa jantan yang diberi pakan fermentasi ampas tahu dan bungkil inti sawit dengan imbangan yang berbeda. Rancangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga ternak yang digunakan sebanyak 20 ekor kambing PE jantan. Variabel yang diamati adalah konsumsi dan kecernaan protein kasar, konsumsi dan kecernaan serat kasar, konsumsi air minum dan faktor lingkungan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dilakukan analisis data dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila berpengaruh nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan fermentasi ampas tahu dan bungkil inti sawit berpengaruh tidak nyata (P<0,05) terhadap kecernaan protein kasar dengan P0 (70,1%), P1 (70,5%), P2 (72,0%) dan P3 (69,8%). Perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan serat kasar dengan P0 (49,3%), P1 (49,6%), P2 (52,3%) dan P3 (30,1%). Dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan fermentasi ampas tahu dan bungkil inti sawit meningkatkan kecernaan serat kasar dan tidak meningkatkan kecernaan protein kasar. Namun memberikan kecernaan protein kasar yang lebih baik dengan level pemberian ampas tahu 35% dan bungkil inti sawit sebesar 10%.