Analisis Permintaan Pangan Protein Hewani Diluar Rumah Di Provinsi Dki Jakarta

Main Authors: Lasitya, Daffa Sandi, Prof. Ir. Ratya Anindita,, MS., Ph.D., Dr. Ir. Syafrial,, MS.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196355/1/DAFFA%20SANDI%20LASITYA.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/196355/
Daftar Isi:
  • Kondisi sosial ekonomi dan demografi dapat menentukan gaya hidup masyarakat, termasuk pengeluaran untuk konsumsi makanan. Namun kesibukan bekerja menyebabkan rumah tangga tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makanan, sehingga faktor kenyamanan, kualitas, kepraktisan, keragaman pilihan, dan rasa menjadi pertimbangan untuk mengonsumsi makanan jadi (Nurbani, 2015). Badan Pusat Statistik (2019a) mencatat proporsi pengeluaran per kapita untuk makanan dan minuman jadi meningkat 4,5 persen per tahun, diikuti pertumbuhan jumlah penyedia akomodasi dan makanan minuman yang meningkat 5,27 persen per tahun. Jumlah konsumsi protein total per kapita per hari meningkat 3 persen per tahun, dan sejak tahun 2016 jumlah tersebut sudah berada di atas angka kecukupan protein yang berlaku di Indonesia yaitu 57 gram per orang per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa pola konsumsi makanan diluar rumah berperan dalam memenuhi kecukupan protein bagi masyarakat. Namun makanan diluar rumah memiliki kandungan lemak dan kalori yang lebih tinggi dibanding makanan di rumah (Choi et al., 2011), serta berpotensi menimbulkan obesitas, diabetes, dan penyakit jantung jika dikonsumsi berlebih (Richards et al., 2012), sehingga diperlukan penelitian untuk menganalisis permintaan pangan protein hewani diluar rumah. Penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis pangsa pengeluaran pangan protein hewani diluar rumah terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga; (2) Menganalisis pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi dan demografi terhadap permintaan pangan protein hewani diluar rumah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 4.346 data rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Maret 2020. Analisis pangsa pengeluaran dilakukan dengan menghitung rasio pengeluaran pangan protein hewani diluar rumah terhadap total pengeluaran pangan rumah tangga. Adapun analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan protein hewani diluar rumah dilakukan menggunakan regresi kuantil dengan membedakan 3 kategori rumah tangga (orang tunggal, rumah tangga tanpa anak, dan rumah tangga lengkap) yang terdiri dari 4 kelompok pendapatan (sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi). Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh kategori rumah tangga di DKI Jakarta memiliki pangsa pengeluaran pangan di bawah 60 persen. Adapun pangsa pengeluaran pangan protein hewani diluar rumah bernilai 3,79 persen hingga 15,09 persen dari total pengeluaran pangan, dimana rumah tangga dengan kelompok pendapatan sangat rendah justru memiliki pangsa pengeluaran yang paling tinggi. Rumah tangga berpendapatan sangat rendah cenderung mengalokasikan lebih banyak pendapatannya untuk mengonsumsi pangan diluar rumah dibandingkan rumah tangga berpendapatan tinggi. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan pada pengeluaran pangan protein diluar rumah adalah pengeluaran pangan rumah tangga, usia kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat ii pendidikan istri, dan lokasi tempat tinggal. Sedangkan variabel pendapatan rumah tangga tidak berpengaruh signifikan, menunjukkan bahwa semua level rumah tangga telah mengonsumsi pangan protein hewani diluar rumah. Faktor keberadaan anak berusia di bawah 17 tahun memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada pengeluaran pangan protein hewani diluar rumah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan anak usia sekolah menjadi pertimbangan rumah tangga untuk lebih memperhatikan kesehatan dengan mengurangi konsumsi pangan protein diluar rumah. Variabel pendapatan yang tidak berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa berapapun nilai pendapatan yang dimiliki oleh rumah tangga tidak akan mempengaruhi keputusan rumah tangga mengonsumsi pangan protein hewani diluar rumah. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan: (1) Perlu adanya pengawasan pemerintah pada warung atau rumah makan agar dapat menyediakan pangan diluar rumah yang sehat dan bergizi, agar masyarakat yang berpendapatan rendah dan sangat rendah dapat mengonsumsi nutrisi yang baik; (2) Pendidikan anggota rumah tangga perlu ditingkatkan agar mereka dapat mengonsumsi pangan protein hewani diluar rumah dengan kualitas yang lebih baik; (3) Diperlukan adanya kampanye untuk mengedukasi rumah tangga tentang pentingnya menyediakan dan mengonsumsi pangan yang sehat dan bergizi, bukan hanya untuk anak-anak namun juga seluruh anggota keluarga; (4) Kuantitas pembelian pangan protein hewani diluar rumah harus tetap terkontrol dan dibatasi dengan memberlakukan pajak pembelian pangan; (5) Perlu adanya penelitian lebih lanjut menggunakan data primer untuk mengetahui hasil yang lebih spesifik mengenai aktivitas rumah tangga yang melakukan konsumsi pangan protein hewani diluar rumah