Efisiensi Reproduksi Sapi Pedaging Yang Diinseminasi Menggunakan Semen Beku Sapi Simmental Dengan Pengencer Yang Berbeda
Main Author: | Oktariana, Rahma |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195602/1/Rahma%20Oktariana.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195602/ |
Daftar Isi:
- Peningkatan populasi dan mutu genetik sapi pedaging di Indonesia melalui aplikasi bioteknologi reproduksi Inseminasi Buatan (IB). Metode perkawinan dengan IB dikenal luas oleh peternak sapi pedaging, karena biaya murah dan menghasilkan kebuntingan yang tinggi. Keberhasilan IB didukung dengan semen beku berkualitas menggunakan pengencer yang mampu mempertahankan kualitas dan fertilitas spermatozoa. Peternak sapi pedaging lebih menyukai menggunakan semen sapi eksotik, seperti sapi Simmental, karena pertambahan bobot badan harian meningkat pesat. Semen beku Simmental di Indonesia diproduksi oleh dua balai inseminasi yang menggunakan pengencer yang berbeda, yaitu pengencer tris aminomethane kuning telur dan susu skim kuning telur. Pengencer tris aminomethane kuning telur digunakan secara luas pada semen beku sapi dan terbukti menghasilkan tingkat kebuntingan tinggi pada sapi pedaging. Pengencer susu skim kuning telur banyak digunakan pada semen beku kambing dan domba serta belum banyak digunakan pada semen sapi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan menganalisis efisiensi reproduksi sapi pedaging yang diinseminasi dengan semen beku sapi Simmental menggunakan pengencer yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, menggunakan 200 ekor sapi pedaging milik peternak. Seratus ekor sapi yang diinseminasi menggunakan semen beku sapi Simmental dengan pengencer Tris aminomethane kuning telur (produsen A) dan 100 ekor sapi diinseminasi dengan semen beku sapi Simmental berpengencer skim milk kuning telur (produsen B). Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif menggunakan data sekunder IB dari inseminator, meliputi: identitas ternak, riwayat reproduksi, kesehatan ternak, identitas peternak, tanggal IB dan waktu IB. Deposisi semen pada posisi 4+ di cornua uteri (deep insemination). Pengambilan data pendukung melalui wawancara dengan peternak, meliputi: identitas peternak, jenis pakan yang diberikan dan frekuensi pemberian pakan. Variabel penelitian adalah nilai, S/C, NRR1-2 dan CR. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi reproduksi tertinggi diperoleh dari hasil IB menggunakan semen beku sapi Simmental dengan pengencer tris aminomethane kuning telur. S/C menggunakan pengencer tris aminomethane kuning telur sebesar 1,17%; S/C menggunakan pengencer skim milk kuning telur sebesar 1,21%; Nilai NRR1 menggunakan pengencer tris aminomethane kuning telur sebesar 83%; NRR1 menggunakan pengencer skim milk kuning telur sebesar 83%; NRR2 menggunakan pengencer tris aminomethane kuning telur sebesar 79%; NRR2 menggunakan pengencer skim milk kuning telur sebesar 66%; dan CR menggunakan pengencer tris aminomethane kuning telur sebesar 83%; CR menggunakan pengencer skim milk kuning telur sebesar 79%. Kesimpulan penelitian ini adalah efisiensi reproduksi menggunakan semen beku sapi Simmental dengan pengencer tris aminomethane kuning telur berdasarkan nilai S/C, NRR1- 2dan CR diatas Standar Nasional Indonesia (nilai S/C 1,5-2; NRR >50% dan CR >60%). Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan uji kualitas semen beku sapi Simmental dari dua produsen yang berbeda, terutama motilitas individu, sebelum digunakan untuk aplikasi