Respon Tanaman Jahe Gajah (Zingiber Officinale Var Offichinarum) Terhadap Jenis Mulsa Dan Dosis Pupuk Nitrogen
Main Authors: | Kumalawati, Rose Oktaviana, Nur Azizah,, SP., MP. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195455/1/-%20Rose%20Oktaviana%20Kumala%20Wati%20%282%29.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/195455/ |
Daftar Isi:
- Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman herba yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman jahe di Indonesia terdiri dari tiga jenis yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Salah satu jenis jahe yang paling banyak dimanfaatkan dalam industri jamu adalah jahe gajah. Permintaan jahe gajah di Indonesia bisa mencapai 20 ton per pekan (Ermiati, 2016). Tanaman jahe di Indonesia banyak dikembangkan di lahan marginal, seperti lahan kering. Karakteristik kondisi lahan marginal dicirikan dengan kekritisan lahannya, yaitu kandungan unsur hara yang relatif rendah diantaranya nitrogen. Nitrogen ialah unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman, namun demikian, dalam tanah unsur ini sering berada dalam konsentrasi rendah karena mempunyai sifat yang mudah bergerak (mobile), menguap dan tercuci (leaching) ke dalam tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya untuk mempertahankan ketersediaan N, salah satunya dengan pemulsaan, yaitu penutupan tanah dengan menggunakan mulsa. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mempelajari interaksi antara jenis mulsa dengan dosis pupuk N, mempelajari pengaruh dosis pupuk N pada berbagai jenis mulsa, serta mendapatkan dosis pupuk N yang optimal dan jenis mulsa yang sesuai untuk pertumbuhan dan hasil jahe gajah. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara jenis mulsa dengan dosis pupuk N pada pertumbuhan dan hasil tanaman jahe gajah, setiap jenis mulsa memiliki dosis pupuk yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan penggunaan mulsa jerami mampu mengurangi dosis pupuk nitrogen dan meningkatkan hasil pada tanaman jahe gajah. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2019 – Juni 2020 yang bertempat di Kebun Percobaan Agro Techno Park Universitas Brawijaya (ATP UB) Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu jenis mulsa (M) dengan 3 taraf yaitu tanpa mulsa, Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP), dan mulsa jerami dan faktor kedua dosis pupuk N (N) dengan 4 taraf yaitu 100, 200, 300, dan 400 kgN ha-1 sehingga terdapat 12 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Variabel yang diamati adalah variabel pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, luas daun, dan kandungan klorofil. Variabel panen meliputi panjang rimpang, diameter rimpang, jumlah ruas, bobot segar rimpang total per tanaman, dan bobot rimpang per hektar serta variabel lingkungan berupa pengamatan suhu tanah. Analisa data dengan ANOVA atau uji F 5%, dilanjutkan dengan uji BNJ 5% pada perlakuan yang berpengaruh nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk N mulai dari 100 hingga 400 kg ha-1 pada tanaman jahe gajah dengan perlakuan tanpa mulsa dan MPHP memberikan nilai tinggi dan luas daun yang sama. Sedangkan pada perlakuan mulsa jerami, pemberian dosis pupuk N 100–300 kgN ha-1 menghasilkan tinggi tanaman dan luas daun yang sama, namun ketika dosis pupuk ii ditingkatkan menjadi 400 kgN ha-1, justru menurunkan nilai tinggi tanaman dan luas daun tanaman jahe gajah. Pemberian mulsa jerami pada jahe gajah dengan berbagai dosis pupuk N mampu meningkatkan hasil rimpang hingga 17,33 ton ha- 1 dibandingkan dengan tanpa mulsa dan MPHP. Peningkatan dosis pupuk hingga 400 kgN ha-1 pada mulsa jerami dapat menurunkan hasil tanaman jahe gajah hingga 35%. Selain mampu meningkatkan hasil, pemberian mulsa jerami juga dapat menurunkan dosis pupuk N hingga 33%. Dosis pupuk optimal tanaman jahe gajah pada setiap perlakuan mulsa berbeda. Berdasarkan analisis regresi ditemukan dosis pupuk nitrogen yang optimal pada perlakuan tanpa mulsa adalah 335 kgN ha-1 dengan potensi hasil rimpang sebesar 8,16 ton ha-1. Sedangkan pada perlakuan MPHP belum ditemukan dosis pupuk nitrogen yang optimal, karena kecenderungan penambahan dosis pupuk hingga 400 kg ha-1 masih belum menunjukkan hasil maksimal. Dosis pupuk optimal pada perlakuan mulsa jerami yaitu sebesar 100 kgN ha-1 dengan potensi hasil rimpang sebesar 17.328 ton ha