Uji Potensi Jamur Penghasil Indole-3-Acetic Acid (Iaa) Sebagai Pengendali Hayati Patogen Layu Fusarium Oxysporum Pada Tanaman Caba

Main Authors: Khoirunisa, Fenti Rahma, Luqman Qurata Aini,, S.P., M.Si., Ph.D, Antok Wahyu Sektiono, SP., MP
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192559/1/FENTI%20RAHMA%20KHOIRUNISA.pdf
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192559/
Daftar Isi:
  • Hormon auksin bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan akar, mengatur pembesaran sel serta memacu pemanjangan sel tanaman. Fitohormon auksin yang terdapat di alam dan paling aktif adalah IAA. Tanaman dapat memperoleh fitohormon auksin dari mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman tersebut yang biasanya hidup di daerah rhizosfer dan endofit tanaman. Penyakit yang disebabkan oleh patogen Fusarium oxysporum dapat menyebabkan layu pada tanaman yang terserang. Hingga saat ini cara pengendalian yang paling umum digunakan yaitu dengan menggunakan pestisida. Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat mengurangi maupun membunuh populasi mikroba. Salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan dengan menggunakan mikroba sebagai agen bio-pestisida. Selain mampu menekan perkembangan penyakit, jamur antagonis dapat menyediakan ketersediaan hara bagi tanaman. Mikroba endofit juga dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti hormon IAA sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Sedangkan pengaruh penggunaan agens hayati pada tanaman yaitu dapat mengendalikan patogen dengan memicu ISR sehingga tanaman memiliki kekebalan dari serangan mikroorganisme yang merugikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi jamur penghasil IAA dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman serta menghambat patogen Fusarium oxysporum pada tanaman cabai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, dan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Pelaksanaan penelitian meliputi isolasi jamur, purifikasi jamur, penyiapan preparat, identifikasi jamur, uji penghasil hormon IAA, pembuatan kurva standar IAA, uji antagonisme secara in vitro dan in vivo. Hasil penelitian ini didapatkan kedelapan isolat jamur memiliki daya hambat lebih dari 60% dan persentase daya hambat tertinggi pada hari ketujuh terdapat pada isolat jamur G sebesar 80,89%. Sedangkan hasil uji IAA secara kualitatif ii menggunakan reagen Salkowski dari kedelapan isolat jamur didapatkan dua isolat jamur yang mengalami perubahan warna menjadi merah muda yaitu isolat jamur AMR dan AR dengan konsentrasi masing-masing sebesar 22,29 ppm dan 11,65 ppm. Penelitian yang dilakukan di Rumah Kaca didapatkan hasil bahwa perlakuan P1 pada 7 MST efektif untuk meningkatkan tinggi tanaman dan perlakuan P2 pada 7 MST efektif menambah jumlah daun tanaman cabai rawit. Selain itu, semua perlakuan jamur antagonis berpotensi sebagai agens hayati dengan perlakuan P3 memiliki intensitas penyakit terendah pada 7 MST sebesar 10%