Pengaruh Penambahan Tepung Jamur Kuping (Auricularia Auricula) Dan Tepung Jamur Kuping Terfermentasi Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging

Main Authors: Sugianti, Weny Ike, Prof. Dr. Ir. M. Halim Natsir,, S.Pt., MP., IPM., ASEAN Eng.
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/187972/1/Weny%20Ike%20Sugianti.pdf
http://repository.ub.ac.id/187972/
Daftar Isi:
  • Ayam pedaging (broiler) merupakan komoditas ternak unggas yang dipelihara dengan tujuan diambil dagingnya. Ayam pedaging memiliki keunggulan masa pemeliharaan yang relatif singkat kurang lebih 35 hari, sehingga ayam pedaging dapat dijadikan usaha komersial yang potensial dan menjanjikan. Salah satu cara mengoptimalkan dan membantu meningkatkan keberhasilan produksi ayam pedaging dengan memberikan pakan tambahan atau feed additive. Feed additive adalah bahan yang tidak termasuk zat makanan yang ditambahkan dengan jumlah sedikit dengan tujuan memacu pertumbuhan dan meningkatkan populasi mikroba menguntungkan yang ada di dalam saluran pencernaan ayam. Pakan tambahan yang biasanya digunakan adalah pakan tambahan komersil yang mengandung AGP (Antibiotic Growth Promoter). Pakan tambahan jenis ini sudah dilarang penggunaanya oleh pemerintah karena menimbulkan residu sehingga berbahaya bagi konsumen. Alternatif pengganti antibiotik ini adalah dengan menggunakan bahan alami (fitobiotik). Jamur kuping (Auricularia auricula) selain dikenal sebagai jenis jamur pangan, jamur kuping juga memiliki kandungan yang dapat bermanfaat untuk pengobatan. Jamur kuping memiliki kandungan bahan alami zat antimikroba yang mampu membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroba. Kandungan bioaktif dalam jamur kuping dipercaya dapat meningkatkan sistem imun. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 9 Oktober 2020 - 13 November 2020 dan analisa proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak dan Bahan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini menggunakan Day Old Chick (DOC) ayam pedaging Strain Cobb dengan total keseluruhan ayam 192 ekor. Ayam dipelihara selama 35 hari dengan rata-rata bobot badan awal adalah 43,16±2,14 g/ekor dan koefisien keragaman 4,97 %. Total kandang perlakuan sebanyak 24 petak dengan ukuran 100cm x 100cm x 70cm, dan ditempati 8 ekor ayam yang dibagi secara acak (unsexed). Penelitian ini menggunakan metode percobaan lapang secara in vivo dengan percobaan tersarang pada Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor perlakuan, yaitu tepung jamur kuping atau jamur kuping non-fermentasi (F1) dan tepung jamur kuping terfermentasi (F2) dengan level pemberian yaitu 0% (L0); 0,4% (L1); dan 0,8% (L2), masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 4 kali. Variabel dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan Income Over Feed Cost (IOFC). Hasil analisis data menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan jamur kuping (Auricularia auricula) dalam bentuk tepung non-fermentasi (F1) dan tepung terfermentasi (F2) sebagai aditif pakan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Hasil rata-rata pada pakan bentuk fermentasi (F2) adalah 3537,58±161,02 pada konsumsi pakan, 2097,49±125,25 pada bobot badan, 1,69±0,12 pada FCR dan 9439,02±2274,39 pada IOFC. Hasil perlakuan level tersarang pada pakan dalam bentuk non-fermentasi (F1) dan fermentasi (F2) jamur kuping (Auricularia auricula) memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan (FCR) dan Income Over Feed Cost (IOFC). Konsumsi pakan paling optimal pada level 0,8% (L2) 3425,89±138,65 untuk bentuk non-fermentasi dan bentuk fermentasi pada level 0,8% (L2) 3512,72±176,51. Hasil optimal pertambahan bobot badan adalah pada level 0% (L0) 2097,10±28,92 untuk bentuk non-fermentasi dan level 0,4% (L1) 2136,43±100,72 untuk bentuk fermentasi. Hasil FCR optimal pada level 0,8% (L2) 1,70±0,06 untuk non-fermentasi dan level 0,4% (L1) 1,66±0,06 untuk fermentasi. Sedangkan pada IOFC pemberian pada level 0% (L0) 9162,13±1222,59 pada bentuk non-fermentasi dan pada level 0,4% (L1) 10111,89±1281,23 pada bentuk fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian Penggunaan jamur kuping (Auricularia auricula) sebagai aditif pakan dalam bentuk fermentasi (F2) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dalam bentuk non-fermentasi (F1) terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Adapun pada level penggunaan jamur kuping (Auricularia auricula) sebagai aditif pakan dalam bentuk fermentasi (F2) dengan level pemberian 0,4% (L1) memberikan hasil lebih baik dari level lain terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan (FCR) dan Income Over Feed Cost (IOFC).