Kajian Potensi Bakteriofag Sebagai Scaffold untuk Aplikasi Tissue Engineering
Main Authors: | Pianka, Gabriella Mathilda Olivia, Agustin Krisna Wardani,, STP, M.Si., Ph.D |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/187686/1/Gabriella%20Mathilda%20Olivia%20Pianka.pdf http://repository.ub.ac.id/187686/ |
Daftar Isi:
- Beberapa tahun belakangan ini, teknologi dalam bidang biomedis semakin berkembang, khususnya pada tissue engineering. Tissue engineering adalah salah satu teknologi yang dikembangkan untuk mengganti jaringan yang rusak agar dapat kembali berfungsi. Secara garis besar, teknologi tissue engineering memerlukan tiga aspek penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan tissue engineering, yaitu scaffold, stem cell, dan molekul sinyal. Scaffold berperan sebagai template yang dirancang menyerupai lingkungan jaringan asli dan agar dapat menampilkan molekul sinyal untuk mengontrol proliferasi serta diferensiasi sel. Namun, biomaterial pembentuk scaffold kurang efektif memberi sinyal biokimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel. Sehingga, salah satu biomaterial scaffold yang dapat dimanfaatkan adalah bakteriofag. Bakteriofag merupakan virus yang menyerang bakteri dan dapat dimodifikasi secara genetik untuk menampilkan peptida pensinyalan sel dengan metode phage display. Peptida pensinyalan sel yang ditampilkan pada bakteriofag akan berperan sebagai sinyal biokimia untuk mendorong proliferasi dan diferensiasi sel. Oleh karena itu, literature review ini akan membahas tentang pemanfaatan bakteriofag sebagai scaffold, mekanisme pembentukan scaffold, efektivitasnya, dan prospek bakteriofag sebagai scaffold untuk aplikasi tissue engineering. Dari hasil penelusuran beberapa literatur, bakteriofag yang paling banyak digunakan sebagai scaffold adalah bakteriofag M13. Hal ini dikarenakan bakteriofag M13 dapat menampilkan berbagai peptida pensinyalan sel pada protein mantelnya, serta dapat self-assemble membentuk scaffold yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan sel. Metode yang digunakan untuk pembentukan scaffold ialah metode layer-by-layer yang melibatkan polimer bermuatan positif agar dapat berikatan dengan bakteriofag. Setelah itu, efektivitas scaffold berbasis bakteriofag ditinjau dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa bakteriofag dapat meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel ditinjau dari sinyal biokimia dari peptida pensinyalan yang ditampilkan dan sinyal fisik dari morfologi scaffold yang terbentuk. Kemudian dianalisis kelebihan dan kekurangan pemanfaatan bakteriofag agar selanjutnya dapat menentukan bagaimana prospek pemanfaatan bakteriofag sebagai scaffold untuk aplikasi tissue engineering.