Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meningkatkan Efektivitas Mesin Bending untuk Produk Anchor Bolt
Main Author: | Arisie, Naila El' |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/183262/ |
Daftar Isi:
- Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan manufaktur adalah bagaimana melaksanakan proses produksi seefisien dan seefektif mungkin. Apabila proses produksi lancar, produk yang dihasilkan berkualitas, waktu penyelesaian yang tepat, dan biaya produksi yang murah. CV. Sumber Baru Rekso merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, umumnya mengerjakan proyek-proyek dan memproduksi komponen mesin dengan sistem make to order. Namun, dalam proses produksi anchor bolt seringkali terjadi masalah berupa keterlambatan pengiriman produk. Hal ini disebabkan karena tingginya downtime yang terjadi pada mesin bending dan belum optimalnya preventive maintenance yang diterapkan oleh CV. Sumber Baru Rekso. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan Overall Equipment Effectiveness untuk mengetahui efektivitas mesin bending dan perhitungan Six Big Losses yang digunakan untuk mengetahui losses terbesar yang harus dihindari oleh suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi efektivitas suatu mesin. Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan metode FMEA/Failure Mode and Effect Analysis untuk mengetahui penyebab menurunnya kondisi mesin. Didapatkan nilai rata-rata efektivitas mesin bending hidrolik selama periode bulan Januari 2019 hingga Desember 2019 adalah sebesar 43.63%, yang mana nilai OEE yang dicapai oleh mesin bending hidrolik tidak dapat diterima karena masih berada jauh dibawah standar World Class OEE yaitu sebesar 85%. Losses yang memberikan pengaruh terbesar terhadap efektivitas mesin bending hidrolik adalah breakdown losses yaitu sebesar 494 jam, kemudian reduced speed losses yaitu sebesar 396.33 jam, dan yang terakhir adalah process defect losses yaitu sebesar 215.74 jam. Berdasarkan analisis FMEA, terdapat 7 kegagalan yang terjadi pada mesin bending hidrolik, dan rekomendasi perbaikan diberikan pada 3 kegagalan yang memiliki RPN/Risk Priority Number diatas nilai kritis, yaitu diatas 114.15. Tiga kegagalan tersebut antara lain yaitu motor pada mesin yang mengalami korsleting, oli yang kotor pada sistem hidrolik, dan permukaan rod seal hidrolik yang aus. Rekomendasi untuk kegagalan motor pada mesin yang mengalami korsleting adalah menyediakan generator set atau genset, serta penambahan pressure gauge/manometer dan stabilizer voltage pada mesin bending hidrolik. Kedua, rekomendasi untuk kegagalan oli yang kotor pada sistem hidrolik adalah penggantian oli baru setiap 2500 jam pemakaian, apabila terpaksa harus menggunakan oli bekas karena alasan ekonomis, maka perlu diperlakukan metode filtrasi tertentu seperti penggunaan filter dengan mesh yang lebih kecil, atau menerapkan metode adsorbsi/metode pirolisis/metode acid and clay untuk memurnikan oli bekas. Serta melakukan preventive maintenance filter hidrolik setiap satu minggu sekali, dan melakukan penggantian filter hidrolik setiap 4000 jam pemakaian. Ketiga, rekomendasi untuk kegagalan permukaan rod seal hidrolik yang aus adalah menggunakan rod seal yang berbahan Teflon atau PTFE (politetrafluoroetilena), melakukan preventive maintenance filter hidrolik dan poros silinder hidrolik setiap seminggu sekali, dan penggantian oli baru setiap 2500 jam pemakaian.