Pola Kemitraan Antara Petani Bawang Merah Dengan Juragan Di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo
Main Author: | Rizza, Mohhammad Fahrur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/173867/ |
ctrlnum |
173867 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.ub.ac.id/173867/</relation><title>Pola Kemitraan Antara Petani Bawang Merah Dengan
Juragan Di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo</title><creator>Rizza, Mohhammad Fahrur</creator><subject>338.175 25 Products (Onions)</subject><description>Pola Kemitraan antara petani bawang merah dan pemodal mandiri yang
dilaksanakan di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo perlu dikaji,
disempurnakan dan ditingkatkan agar penanganannya lebih efektif. Hal tersebut
ditujukan kepada upaya mengoptimalkan pembinaan bagi petani bawang merah.
Sub pertanian dalam hal ini petani bawang merah memilki peranan yang penting
dalam meningkatkan pendapatan dan penghasilan serta perluasan lapangan kerja
serta penghasilan masyarakat secara lebih merata oleh karena itu kita harus
memelihara komitmen yang besar terhadap peningkatan sektor pertanian pada
umumnya dan petani bawang merah pada khususnya
Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain,
khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian
pihakpihak yang bermitra. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah
kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh
tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi
ekonomi.
Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang
berusaha mengelola unsur-unsur produksi, seperti alam, tenaga kerja, modal,
ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertanian. Keberhasilan suatu usahatani sebenarnya tidak terlepas dari suatu
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya yang dibedakan menjadi dua,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor produksi
yang pengaruhinya dapat dikendalikan oleh petani seperti penggunaan lahan,
tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan,
penerimaan keluarga dan jumlah penerimaan petani. Sedangkan faktor ekstern
adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dan diluar jangkauan petani seperti
faktor iklim, cuaca, ketersediaan sarana angkutan dan komunikasi serta aspekaspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani, seperti juragan
sebagai pemegang dana yang menawarkan kemitraan kepada petani dengan
jaminan bantuan modal dan pemasaran hasil panen. Setiap lembaga memiliki
kultur dan aturan masing-masing. Petani pada akhirnya harus memilih sesuai
dengan yang diyakininya memberikan dampak dan manfaat terbaik bagi
usahanya.
Petani dalam mengusahakan usahataninya selalu berorientasi kepada
pendapatan. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total
usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Net farm income). Pendapatan
bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari
penggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan dan modal milik sendiri atau
modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani.
Tujuan dari penelitin ini adalah : (1) Menganalisis pola kemitraan antara juragan
dengan petani dalam usahatani bawang merah di Kecamatan Leces Kabupaten
Probolinggo.(2) Mengidentifikasi dan menganalisis motivasi juragan dan petani
melakukan kemitraan dalam usahatani bawang merah di Kecamatan Lecesii
Kabupaten Probolinggo(3) Menganalisis pembagian keuntungan antara juragan
dan petani dalam kemitraan usahatani bawang merah di Kecamatan Leces
Kabupaten Probolinggo
Peneltian ini menggunakan Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai keadaan riil yang ada di lapang dan
juga mengenai pengetahuan tentang usahatani yang dilakukan petani bawang
merah yang mengikuti program kemitraan. Analisis ini juga digunakan untuk
mendeskripsikan data-data yang perlu penjelasan secara detail yang tidak bisa
dijelaskan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dipakai untuk data yang
berbentuk angka yang digunakan untuk mengetahui biaya, penerimaan,
pendapatan, dan kelayakan usahatani setelah mengikuti program kemitraan di
Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi yang diperoleh
dari usaha tani pada kelompok petani mitra inti-plasma yaitu sebesar
Rp25,464,678,- sedangkan untuk Petani Mitra Dagang Umum yaitu sebesar Rp.
57,027,926. Tinggi rendahnya jumlah pendapatan tersebut ditentukan oleh biaya
produksi yang digunakan untuk melakukan pengolahan usaha tani yang dilakukan
dalam hal ini biaya tetap dan variabel dan jumlah penerimaan dari hasil usaha tani
yang dilakukan. Berdasarkan hasil perbandingan pendapatan maka dapat diketahui
bahwa pendapatan Petani Mitra Dagang Umum lebih tinggi dibandingkan dengan
mitra.
Rata-rata petani menjawab bahwa mereka lebih senang menjalankan usahatani
bawang merah dagang umum.. Petani merasa terbebani harus terikat dalam
kontrak perjanjian. Misalnya ketika petani gagal panen, petani mitra masih
memiliki kewajiban menyelesaikan hutang bibit pada periode tanam berikutnya.
Sementara bermitra dagang umum hanya menanggung sendiri tanpa tanggung
jawab kepada pihak lain. Alasan petani tidak memilih jenis kemitraan dagang
umum karena menurut Petani Mitra inti-plasma usahatani bawang merah
membutuhkan lebih banyak modal untuk biaya pestisida, hal ini karena bawang
merah rentan terhadap hama dan penyakit.
Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian di lapangan maka penulis
bermaksud memberikan saran yang supaya dapat bermanfaat bagi lembaga
maupun peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam upaya untuk meningakatkan produktivitas kelompok petani mitra
jurgan diharapkan selaku perusahaan inti harus berupaya untuk
memaksimalkan potensi yang dimiliki petani yaitu dengan
mendistribusikan bibit secara tepat waktu sehingga ketika terjadi kerusakan
bibit dapat dihindarkan.
2. Kelompok Petani Mitra Dagang Umum dan Inti-plasma diharapkan untuk
mengikuti perkembangan sektor pertanian khususnya pada budidaya
bawang merah sehingga hasil tani memiliki kualitas yang mampu bersaing
di pasaran. Selain itu upaya peningkatan produktivitas juga harus dilakukan
oleh petani sehingga perkembangan usaha tani yang terjadi benar-benar
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani.
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengkaji pola kemitraan antara
petani bawang merah dan juragan dengan lebih banyak sumber maupun
referensi yang lebih beragam.</description><date>2018-06-07</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><identifier> Rizza, Mohhammad Fahrur (2018) Pola Kemitraan Antara Petani Bawang Merah Dengan Juragan Di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya. </identifier><relation>SKR/FP/2019/659/05197433</relation><recordID>173867</recordID></dc>
|
format |
Thesis:Thesis Thesis PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview |
author |
Rizza, Mohhammad Fahrur |
title |
Pola Kemitraan Antara Petani Bawang Merah Dengan
Juragan Di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo |
publishDate |
2018 |
topic |
338.175 25 Products (Onions) |
url |
http://repository.ub.ac.id/173867/ |
contents |
Pola Kemitraan antara petani bawang merah dan pemodal mandiri yang
dilaksanakan di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo perlu dikaji,
disempurnakan dan ditingkatkan agar penanganannya lebih efektif. Hal tersebut
ditujukan kepada upaya mengoptimalkan pembinaan bagi petani bawang merah.
Sub pertanian dalam hal ini petani bawang merah memilki peranan yang penting
dalam meningkatkan pendapatan dan penghasilan serta perluasan lapangan kerja
serta penghasilan masyarakat secara lebih merata oleh karena itu kita harus
memelihara komitmen yang besar terhadap peningkatan sektor pertanian pada
umumnya dan petani bawang merah pada khususnya
Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain,
khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian
pihakpihak yang bermitra. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah
kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh
tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi
ekonomi.
Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang
berusaha mengelola unsur-unsur produksi, seperti alam, tenaga kerja, modal,
ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertanian. Keberhasilan suatu usahatani sebenarnya tidak terlepas dari suatu
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya yang dibedakan menjadi dua,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor produksi
yang pengaruhinya dapat dikendalikan oleh petani seperti penggunaan lahan,
tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan,
penerimaan keluarga dan jumlah penerimaan petani. Sedangkan faktor ekstern
adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dan diluar jangkauan petani seperti
faktor iklim, cuaca, ketersediaan sarana angkutan dan komunikasi serta aspekaspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani, seperti juragan
sebagai pemegang dana yang menawarkan kemitraan kepada petani dengan
jaminan bantuan modal dan pemasaran hasil panen. Setiap lembaga memiliki
kultur dan aturan masing-masing. Petani pada akhirnya harus memilih sesuai
dengan yang diyakininya memberikan dampak dan manfaat terbaik bagi
usahanya.
Petani dalam mengusahakan usahataninya selalu berorientasi kepada
pendapatan. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total
usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Net farm income). Pendapatan
bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari
penggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan dan modal milik sendiri atau
modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani.
Tujuan dari penelitin ini adalah : (1) Menganalisis pola kemitraan antara juragan
dengan petani dalam usahatani bawang merah di Kecamatan Leces Kabupaten
Probolinggo.(2) Mengidentifikasi dan menganalisis motivasi juragan dan petani
melakukan kemitraan dalam usahatani bawang merah di Kecamatan Lecesii
Kabupaten Probolinggo(3) Menganalisis pembagian keuntungan antara juragan
dan petani dalam kemitraan usahatani bawang merah di Kecamatan Leces
Kabupaten Probolinggo
Peneltian ini menggunakan Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai keadaan riil yang ada di lapang dan
juga mengenai pengetahuan tentang usahatani yang dilakukan petani bawang
merah yang mengikuti program kemitraan. Analisis ini juga digunakan untuk
mendeskripsikan data-data yang perlu penjelasan secara detail yang tidak bisa
dijelaskan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dipakai untuk data yang
berbentuk angka yang digunakan untuk mengetahui biaya, penerimaan,
pendapatan, dan kelayakan usahatani setelah mengikuti program kemitraan di
Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi yang diperoleh
dari usaha tani pada kelompok petani mitra inti-plasma yaitu sebesar
Rp25,464,678,- sedangkan untuk Petani Mitra Dagang Umum yaitu sebesar Rp.
57,027,926. Tinggi rendahnya jumlah pendapatan tersebut ditentukan oleh biaya
produksi yang digunakan untuk melakukan pengolahan usaha tani yang dilakukan
dalam hal ini biaya tetap dan variabel dan jumlah penerimaan dari hasil usaha tani
yang dilakukan. Berdasarkan hasil perbandingan pendapatan maka dapat diketahui
bahwa pendapatan Petani Mitra Dagang Umum lebih tinggi dibandingkan dengan
mitra.
Rata-rata petani menjawab bahwa mereka lebih senang menjalankan usahatani
bawang merah dagang umum.. Petani merasa terbebani harus terikat dalam
kontrak perjanjian. Misalnya ketika petani gagal panen, petani mitra masih
memiliki kewajiban menyelesaikan hutang bibit pada periode tanam berikutnya.
Sementara bermitra dagang umum hanya menanggung sendiri tanpa tanggung
jawab kepada pihak lain. Alasan petani tidak memilih jenis kemitraan dagang
umum karena menurut Petani Mitra inti-plasma usahatani bawang merah
membutuhkan lebih banyak modal untuk biaya pestisida, hal ini karena bawang
merah rentan terhadap hama dan penyakit.
Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian di lapangan maka penulis
bermaksud memberikan saran yang supaya dapat bermanfaat bagi lembaga
maupun peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam upaya untuk meningakatkan produktivitas kelompok petani mitra
jurgan diharapkan selaku perusahaan inti harus berupaya untuk
memaksimalkan potensi yang dimiliki petani yaitu dengan
mendistribusikan bibit secara tepat waktu sehingga ketika terjadi kerusakan
bibit dapat dihindarkan.
2. Kelompok Petani Mitra Dagang Umum dan Inti-plasma diharapkan untuk
mengikuti perkembangan sektor pertanian khususnya pada budidaya
bawang merah sehingga hasil tani memiliki kualitas yang mampu bersaing
di pasaran. Selain itu upaya peningkatan produktivitas juga harus dilakukan
oleh petani sehingga perkembangan usaha tani yang terjadi benar-benar
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani.
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengkaji pola kemitraan antara
petani bawang merah dan juragan dengan lebih banyak sumber maupun
referensi yang lebih beragam. |
id |
IOS4666.173867 |
institution |
Universitas Brawijaya |
affiliation |
mill.onesearch.id fkp2tn.onesearch.id |
institution_id |
30 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Universitas Brawijaya |
library_id |
480 |
collection |
Repository Universitas Brawijaya |
repository_id |
4666 |
subject_area |
Indonesian Language Collection/Kumpulan Karya Umum dalam Bahasa Indonesia* |
city |
MALANG |
province |
JAWA TIMUR |
shared_to_ipusnas_str |
1 |
repoId |
IOS4666 |
first_indexed |
2021-10-28T06:57:30Z |
last_indexed |
2021-10-28T06:57:30Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1751455999641780224 |
score |
17.538404 |