Analisis Supplier Relationship Management (Srm) Dan Upaya Peningkatan Kontinuitas Pasokan Benih Padi Di Pt. Shs Cabang Pasuruan Jawa Timur
Main Author: | Anastasia, Reiza |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/161777/1/REIZA%20ANASTASIA.pdf http://repository.ub.ac.id/161777/ |
Daftar Isi:
- Persaingan bisnis di era globalisasi yang semakin kompetitif kini membuat berbagai perusahaan menyusun bermacam strategi dan taktik bisnis yang lebih baik dari pesaing bisnisnya (Indrajit & Djokopranoto, 2002). Strategi bisnis tersebut salah satunya tertuang dalam konsep Supply Chain Management (SCM) atau manajemen rantai pasok. Dalam SCM, hubungan perusahaan dengan pemasok dikenal dengan istilah Supplier Relationship Management (SRM) atau manajemen hubungan pemasok (Chopra & Meindl, 2008). Salah satu perusahaan dengan core business penyediaan benih padi unggul bersertifikat di Indonesia adalah PT. SHS (Sang Hyang Seri) (SHS, 2016). PT. SHS merupakan perusahaan Badan Umum Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk oleh pemerintah dalam penyediaan pasokan benih unggul untuk program benih bersubsidi. Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2016), dari beberapa Provinsi yang ada di Indonesia, Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil padi tertinggi pada tahun 2015 dengan jumlah 13.154.967 ton. Dari beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, kabupaten Pasuruan memiliki tingkat produksi padi tertinggi ke-6 pada tahun 2015, dengan jumlah 722.642 ton (Kementerian Pertanian, 2016). Berdasarkan uraian diatas, kondisi strategis yang PT. SHS di wilayah kerja regional Jawa Timur tersebut menjadi faktor pendukung diadakannya penelitian di PT. SHS, khususnya PT. SHS Cabang Pasuruan. PT. SHS Cabang Pasuruan memiliki target produksi benih padi yang besar setiap tahunnya sehingga memutuskan untuk mengadakan kerja sama dengan petani penangkarabenih padi sebagai supplier (pemasok). Namun demikian, kerja sama antara perusahaan dengan petani-petani mitra tidak terlepas dari adanya permasalahan. Tidak sedikit petani yang tidak ingin bermitra kembali dengan perusahaan menjadi salah satu kendala yang membuat perusahaan mencari petani mitra pada areal kerja sama yang baru.. Ketidakinginan petani untuk bekerja sama kembali tersebut disebabkan oleh beberapa permasalahan yang salah satu contohnya adalah permasalahan pembayaran. Pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada petani sering tidak tepat waktu akibat lamanya pencairan dana dari kantor pusat SHS di Jakarta. Hal ini membuat para petani mitra merasa dirugikan dan memilih untuk tidak melanjutkan kerja sama. Hubungan yang kurang baik antara PT. SHS Cabang Pasuruan dan petani mitra sebagai pemasok benih padi bagi perusahaan dapat berdampak pada terhambatnya aktivitas rantai pasok benih padi perusahaan khususnya dalam hal penyediaan bahan input produksi yang berakibat pada penurunan produksi benih padi. Dengan demikian, penting untuk dilakukan identifikasi penerapan unsurunsur Supplier Relationship Management (SRM) dalam aktivitas rantai pasok benih padi perusahaan beserta tingkat keeratan hubungan antara perusahaan dengan petani mitra, sebagaimana hal tersebut merupakan tujuan penelitian ini. Penelitian dilaksanakan di PT. SHS Cabang Pasuruan dengan teknik penentuan secara purposive (sengaja). Penentuan responden penelitian jugavi dilaksanakan secara purposive sampling yang terdiri dari 1 responden perusahaan, 5 responden petani mitra tingkat I, dan secara snowball sampling yang terdiri dari 12 responden petani mitra tingkat II. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengumpulan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan analisis statistika deskriptif dan analisa statistika inferensia dengan korelasi rank Spearman. Penelitian ini menganalisis penerapan unsur-unsur Supplier Relationship Management (SRM) yang terdiri dari 3 konsep, 8 indikator, dan 27 variabel. Konsep yang digunakan adalah seleksi supplier berkualitas, integrasi supplier, dan efektivitas proses pembelian. Setiap konsep terdiri atas beberapa indikator. Indikator dari konsep seleksi supplier berkualitas, yakni kinerja supplier dan proses seleksi supplier. Indikator dari konsep integrasi supplier, yakni koordinasi supplier, integrasi informasi, hubungan organisasional, penggunaan teknologi dan informasi. Indikator dari konsep efektivitas proses pembelian, yakni efektivitas komunikasi mengenai produksi dan efektivitas administrasi kontrak. Setiap indikator memiliki beberapa variabel masing-masing. Variabel dari indikator kinerja supplier terdiri dari harapan terhadap kinerja, strategi memperoleh produk berkualitas, prosedur pengukuran kinerja, kesesuaian barang dengan kriteria pengiriman. Variabel dari indikator proses seleksi supplier terdiri dari kriteria pemilihan, prosedur standar penyeleksian, sistem umpan balik/feedback, keefektifan negoisasi, kontrak standar. Variabel dari indikator koordinasi supplier terdiri dari koordinasi meningkatkan proses operasi perusahaan, pengambilan keputusan tidak terduga, informasi pasokan tambahan. Variabel dari indikator integrasi informasi adalah berbagi informasi, peramalan terhadap usaha, sarana komunikasi, dan keefektifan proses komunikasi. Variabel dari indikator hubungan organisasional adalah cara menjaga komunikasi, berbagi resiko, kesamaan tujuan usaha dan strategi mencapai tujuan usaha. Variabel dari indikator penggunaan teknologi dan informasi terdiri dari jenis sistem informasi, keefektifan sistem informasi, dan perbaikan sistem informasi. Variabel dari indikator efektivitas komunikasi mengenai produksi terdiri dari daftar spesifikasi produk dan spesifikasi dan kuantitas yang tepat untuk pembelian. Variabel dari indikator efektivitas administrasi kontrak adalah pemeriksaan dan verifikasi produk sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan prosedur pembayaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang cenderung dipertimbangkan karena penerapan yang sesuai dalam hubungan kerja sama antara PT. SHS Cabang Pasuruan dengan petani mitra, sebaliknya terdapat beberapa variabel yang cenderung tidak dipertimbangkan karena kurang sesuai. Variabel-variabel yang cenderung dipertimbangkan untuk diterapkan dalam hubungan kerja sama antara perusahaan dan petani mitra tingkat I berjumlah 14 dari 27 variabel yang dianalisis, yakni strategi memperoleh benih padi berkualitas, prosedur pengukuran kinerja, sistem umpan balik/feedback, kontrak standar, koordinasi meningkatkan proses operasi perusahaan, berbagi informasi, peramalan terhadap usaha, sarana komunikasi, kesamaan tujuan usaha, jenis sistem informasi, daftar spesifikasi produk, spesifikasi dan kuantitas yang tepat untuk pembelian, pemeriksaan dan verifikasi produk yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, dan prosedur pembayaran.vii Variabel-variabel yang cenderung dipertimbangkan untuk diterapkan dalam hubungan kerja sama antara petani mitra tingkat I dan petani mitra tingkat II berjumlah 14 dari 23 variabel yang dianalisis, yakni strategi memperoleh benih padi berkualitas, kesesuaian benih padi dengan kriteria pengiriman, sistem umpan balik/feedback, kontrak standar, koordinasi meningkatkan proses operasi perusahaan, berbagi informasi, sarana komunikasi, keefektifan komunikasi, cara menjaga komunikasi, kesamaan tujuan usaha, strategi mencapai tujuan usaha, daftar spesifikasi produk, pemeriksaan dan verifikasi produk yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, dan prosedur pembayaran. Beberapa variabel dalam penelitian Pasutham (2012) yang penerapannya sesuai dengan hubungan kerja sama antara PT. SHS Cabang Pasuruan dengan petani mitra tingkat I adalah kualitas produk, ruang lingkup yang jelas serta spesifikasi dan kriteria untuk seleksi, rencana produksi peramalan permintaan bersama merancang dan memelihara saluran komunikasi inspeksi dan verifikasi. Hubungan antara PT. SHS Cabang Pasuruan dengan petani mitra tingkat I memiliki tingkat keeratan yang cukup berarti atau sedang (berdasarkan koefisien korelasi senilai 0,438) dan bersifat searah (berdasarkan koefisien korelasi yang bernilai positif). Beberapa variabel yang menjadi penyebab keeratan hubungan yang cukup atau sedang antara keduanya adalah kontrak standar, koordinasi meningkatkan proses operasi usaha, prosedur pengukuran kinerja, sistem informasi pembayaran, dan prosedur pembayaran. Hubungan antara petani mitra tingkat I dan petani mitra tingkat II memiliki tingkat keeratan yang tinggi atau kuat berdasarkan koefisien korelasi senilai 0,809 dan bersifat searah. Pertimbangan petani mitra untuk menerima kerja sama kembali dengan perusahaan apabila diberi tawaran adalah kebutuhan petani mitra akan benih padi yang berkualitas tinggi. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian tentang Supplier Relationship Management benih padi di PT. SHS Cabang Pasuruan ini adalah 1) mempertahankan relasi antara petani mitra tingkat I dan II dengan mampertahankan variabel yang dipertimbangkan oleh kedua belah pihak untuk diterapkan dalam kerja sama, yakni strategi memperoleh benih padi berkualitas, kesesuaian benih padi dengan kriteria pengiriman, sistem umpan balik/feedback, kontrak standar, koordinasi meningkatkan proses operasi perusahaan, berbagi informasi, sarana komunikasi, keefektifan komunikasi, cara menjaga komunikasi, kesamaan tujuan usaha, strategi mencapai tujuan usaha, daftar spesifikasi produk, pemeriksaan dan verifikasi produk yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan, dan prosedur pembayaran, 2) memperbaiki relasi antara perusahaan dan petani mitra tingkat I dengan memperbaiki variabel yang penerapannya kurang sesuai dalam hubungan kerja sama kedua belah pihak, yakni kontrak standar, koordinasi untuk meningkatkan usaha, sistem informasi pembayaran, dan prosedur pembayaran, 3) PT. SHS Cabang Pasuruan dengan petani mitra tingkat I dan II mengadakan pertemuan rutin untuk menjaga hubungan dan komunikasi kedepannya, 4) PT. SHS Cabang Pasuruan memastikan agar petani mitra tingkat I dan II memiliki daftar spesifikasi produk benih padi sebagai pegangan dalam memproduksi benih padi.