Daftar Isi:
  • Saat ini pola konsumsi masyarakat Indonesia semakin beragam sesuai kebutuhan. Hal ini menjadi tantangan bagi industri untuk mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dilakukan pengamatan terhadap apa yang diinginkan konsumen dan yang dilakukan oleh pesaing. Faktor penentu kesuksesan NPD (New Product Development) adalah tingkat kecocokan antara produk baru dengan kebutuhan konsumen, hal ini dapat dilakukan dengan Quality Function Deployment (QFD). Permintaan mi di Indonesia sangat tinggi. Hal ini terlihat dari Indonesia menempati peringkat kedua setelah China sebagai negara dengan permintaan mi terbanyak (Anonymous, 2014). Menurut Badan Pusat Statistik (2012), pada tahun 2007-2011 mi kering mengalami peningkatan konsumsi. Besarnya pertumbuhan konsumsi mi kering menjadi peluang sekaligus tantangan bagi industri mi kering sebab bahan baku mi merupakan terigu dan harus impor sehingga perlu alternatif bahan baku yang dapat mengurangi konsumsi terigu. Ubi Jalar merupakan hasil pertanian lokal yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan alternatif pembuatan mi kering. Mi kering ubi jalar merupakan gagasan produk baru yang belum diketahui daya terimanya maka perlu diuji organoleptik oleh panelis ahli. Penelitian ini bertujuan mengetahui kebutuhan konsumen terhadap produk mi kering dan mengetahui penilaian panelis terhadap kualitas organoleptik produk mi kering ubi jalar dibanding mi terigu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Quality Function Deployment hingga fase kedua. Fase pertama digunakan untuk mengetahui kebutuhan konsumen terhadap produk mi kering dengan melakukan penyebaran kuesioner pada konsumen mi kering serta melakukan uji organoleptik pada produk mi kering yang ada di pasaran (produk A dan B). Responden pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Selanjutnya dibuat mi kering dengan bahan baku ubi jalar sesuai dengan perlakuan terbaik penelitian sebelumnya. Fase kedua menilai hasil perlakuan terbaik mi kering ubi jalar bila dibandingkan dengan produk A dan B. Pada fase kedua, uji organoleptik dilakukan oleh 15 panelis ahli untuk menilai kualitas sensoris produk meliputi rasa, tekstur, aroma, warna, kekenyalan serta bentuk. Fase kedua QFD juga menilai proses yang berpengaruh pada kualitas mi kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 atribut yang dibutuhkan konsumen terhadap produk mi kering yaitu warna mi kering menggugah selera, rasa mi kering enak, aroma mi khas, tekstur mi empuk, bentuk mi menarik, mi kering membuat kenyang, mi kering kenyal, mi kering dapat disajikan sesuai selera, memiliki daya simpan lama, memiliki kandungan nutrisi yang tinggi serta cocok dikonsumsi siapa saja. Setelah dianalisa dengan QFD, produk mi kering ubi jalar dinilai kurang mampu memuaskan panelis. Hal ini terlihat dari skor seluruh atribut sensoris mi kering ubi jalar yaitu rasa, tekstur, aroma, warna, kekenyalan serta bentuk yang memiliki skor lebih rendah bila dibandingkan produk mi terigu yang ada di pasaran. Berdasarkan hasil kepuasan panelis terhadap produk mi kering ubi jalar maka perlu dilakukan perbaikan terhadap kualitas mi kering ubi jalar yang dikembangkan. Perbaikan kualitas dapat dilakukan dengan memilih bahan baku yang berkualitas tinggi serta dengan menambahkan terigu atau gluten kering pada komposisi pembuatan mi kering ubi jalar karena hal tersebut akan mempengaruhi tekstur serta kekenyalan mi kering ubi jalar.