Daftar Isi:
  • Di Indonesia jagung merupakan hasil pertanian yang paling banyak dihasilkan setelah padi. Petani jagung umumnya menanam jagung pada saat musim kemarau. Kebanyakan petani jagung di Indonesia memipil jagung ketika kadar air jagung masih tinggi. Kebanyakan petani memipil jagung dalam kondisi kadar air 20-30%, dan menyebabkan susut mutu di segmen pemipilan sebesar 4%. Mutu biji jagung di tingkat petani akan mempengaruhi harga jual jagung tersebut di tingkat pengepul/penebas, karena pada umumnya petani menjual jugung hasil olahannya ke penebas/pengepul. Pengeringan jagung merupakan salah satu tahapan pasca panen jagung yang bertujuan untuk mengurangi kadar air pada jagung agar jagung tahan lama dan tidak gampang rusak. Ada dua jenis metode pengeringan jagung, yaitu secara konvensional dan mekanis. Pemipilan ialah proses pemisahan biji jagung dengan tongkolnya. Proses inilah yang paling berpotensi terjadi kerusakan biji. Sehingga perlu diperhatikan kadar air jagung yang tepat pada saat proses pemipilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air jagung yang optimum untuk melalui proses pemipilan agar dihasilkan biji jagung dengan kualitas yang lebih baik Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental denga RAL (rancangan acak lengkap) yang terdiri dari satu faktor. Faktor yang digunakan memiliki 6 level yaitu pengeringan selama 0 jam (tanpa pengeringan), 8, 16, 24, 32, 40 jam. Parameter penelitian ini adalah tingkat kerusakan butir jagung setelah melalui proses pemipilan, jumlah kotoran yang terkandung pada jagung setelah proses pemipilan, kadar air jagung, dan rendemen. Dari parameter tersebut bisa diketahui mutu terbaik bij jagung. Berdasarkan persentase biji pecah, jagung dengan perlakuan tanpa pengeringan, pengeringan 8 jam, 16 jam, 24 jam, 32 jam dan 40 jam didapatkan nilai persentase biji pecah berturut-turut adalah 3.560%, 3.286%, 2.182%, 2.064%, 1.145% dan 2.117%. Berdasarkan persentase kotoran yang tercampur, jagung dengan perlakuan tanpa pengeringan, pengeringan 8 jam, 16 jam, 24 jam, 32 jam dan 40 jam didapatkan nilai persentase kotoran berturut-turut adalah 1.394%, 1.659%, 1.349%, 1.087%, 1.086% dan 1.229%. sedangkan berdasarkan rendemen mutu jagung pipil, jagung dengan perlakuan tanpa pengeringan, pengeringan 8 jam, 16 jam, 24 jam, 32 jam dan 40 jam didapatkan nilai rendemen mutu jagung pipil berturut-turut adalah 95.095%, 95.111%, 96.498%, 96.872%, 97.781% dan 96.680%.