Pengaruh Perbedaan Kematangan Air Kelapa Hijau Sebagai Bahan Pengencer Yang Ditambah 10% Kuning Telur Terhadap Kualitas Semen Cair Kambing Boer
Main Author: | Audia, RaraPutri |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/138120/1/RARA_PUTRI_AUDIA_135050101111173_FAPET.pdf http://repository.ub.ac.id/138120/ |
Daftar Isi:
- Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) guna meningkatkan mutu genetik dan populasi kambing Boer di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh kualitas semen yang digunakan. Penggunaan semen beku untuk IB memiliki beberapa kekurangan, disamping mahal dan membutuhkan proses yang cukup lama, daya tahan spermatozoa setelah dilakukan pencairan (post thawing) rendah. Alternatif untuk menghindari hal tersebut adalah dengan menggunakan semen cair dengan pengencer yang mampu mempertahakan kualitas hidup spermatozoa. Air kelapa memnuhi syarat sebagai bahan pengencer yaitu sumber energi, tidak mengandung zat toksik, murah dan mudah diperoleh. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2016 sampai dengan 31 Januari 2017 di Laboratorium Lapang Sumber Sekar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan kematangan air kelapa hijau sebagai bahan pengencer yang ditambah 10% kuning telur terhadap kualitas semen cair Kambing Boer selama penyimpanan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi tentang penggunaan semen cair untuk keberhasilan IB. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah semen kambing Boer jantan yang dipelihara di Laboratorium Lapang viii Sumber Sekar. Pengambilan semen dilakukan secara rutin dengan frekuensi 2 hari sekali menggunakan vagina buatan dengan syarat kualitas semen segar memiliki motilitas individu ≥70%. Semen yang telah diencerkan kemudian diamati kualitasnya pada suhu ruang pada jam ke 0 sampai motilitas ≤ 40%. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Rancangan Acak Kelompok (Randomized Block Design) yang terdiri dari tiga perlakuan, yaitu P0 sebagai kontrol (CEP-2 + 10% Kuning Telur); P1 (Air Kelapa Hijau Muda + 10% Kuning Telur) dan P2 (Air Kelapa Hijau Tua + 10% Kuning Telur). Apabila diantara perlakuan menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata atau sangat nyata akan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Pengelompokkan berdasarkan waktu pengamatan semen. Variabel yang diamati secara makroskopis meliputi volume, bau, konsistensi, warna dan derajat keasaman dan secara mikroskopis yang meliputi motilitas individu, motilitas massa, viabilitas dan abnormalitas. Hasil penelitian untuk rataan dan Standar Deviasi (SD) motilitas pada penyimpanan hingga hari ke-4, P0 (CEP-2 + 10% Kuning Telur) menunjukkan nilai rataan persentase motilitas paling baik jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Rataan motilitas P0 (36,67±32,96)%, selanjutnya P1 (20,00±13,78)%, dan terakhir P2 (18,33±19,15). Pengencer dengan rataan viabilitas terbaik pada hari ke-4 pada P0 (58,02±19,93)%, pada P1 (26,10±18,47)% dan terakhir P2 (25,87±20,60)%. Nilai rataan abnormalitas pada hari ke-4 menunjukkan bahwa rataan abnormalitas paling rendah terdapat pada P0 (1,49±0,73)%, selanjutnya P1 (1,89±1,68)% dan nilai rataan abnormalitas tertinggi pada P2 (2,87±1,41). Disimpulkan bahwa penggunaan air kelapa hijau berdasarkan tingkat kematangan yang berbeda mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama penyimpanan suhu dingin 3-5oC hingga hari ke-2 berdasarkan motilitasnya. Saran dari penelitian ini adalah diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pengencer dari air kelapa ix berbagai varietas, tingkat kematangan dan persentase kuning telur yang berbeda, sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dalam mempertahankan kualitas semen kambing Boer selama simpan dingin.