Pengaruh Lama Fermentasi Ampas Putak (Corypha Gebanga) Menggunakan Aspergillus Oryzae Terhadap Kualitas Fisik Dan Kualitas Kimia

Main Author: Yuliana, Asih
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/13500/1/Asih%20Yuliana.pdf
http://repository.ub.ac.id/13500/
Daftar Isi:
  • Ampas putak merupakan jenis limbah pakan yang berasal dari empulur batang pohon gewang yang telah diambil patinya di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Ampas putak memiliki potensi cukup besar karena ketersediaanya yang melimpah dan pemanfaatannya yang belum maksimal. Teknologi fermentasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan nutrien ampas putak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fermentasi pakan menggunakan Aspergillus oryzae dapat meningkatkan protein kasar dan serat kasar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi yang berbeda pada ampas putak menggunakan Aspergillus oryzae terhadap nilai pH, warna, aroma, tekstur, bahan kering, bahan organik, protein kasar dan serat kasar.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai dengan 5 Mei 2018. Pengujian kepadatan populasi Aspergillus oryzae dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Proses fermentasi dan analisis kandungan nutrisi dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas putak (Corypha gebanga), Aspergillus oryzae dan bahan kimia untuk analisis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari P0 (ampas putak tanpa inkubasi), P1 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 24 jam), P2 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 48 jam), P3 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 72 jam), P4 (ampas putak + Aspergillus oryzae 0,9% difermentasi 96 jam). Variabel penelitian ini adalah nilai pH, warna, aroma, tekstur, bahan kering, bahan organik, protein kasar dan serat kasar. Data dianalisis dengan metode analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis statistik terhadap rata-rata nilai pH memberikan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Nilai pH tertinggi pada perlakuan P0 yaitu 7,00 kemudian mulai menurun pada perlakuan P1 yaitu 5,54 dan P2 yaitu 4,46. Mulai terjadi peningkatan pada perlakuan P3 yaitu 4,68 dan P4 yaitu 5,06. Hasil analisis statistik terhadap rata-rata nilai warna, aroma dan tekstur menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Hasil nilai warna P0, P1, P2, P3, dan P4berturut-turut yaitu (4,00; 2,68; 2,66; 1,74; dan 1,60). Hasil nilai aroma P0, P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut yaitu (1,00; 2,98; 2,96; 2,54; dan 2,08). Hasil nilai tekstur P0, P1, P2, P3, dan P4 berturut-turut yaitu (1,00; 3,00; 3,38; 3,62; dan 3,64). Hasil analisis statistik terhadap rata-rata kandungan bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK) dan serat kasar (SK) memberikan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Kandungan BK tertinggi pada P0 yaitu 87,29% disusul oleh P1 (46,18%), P2 (38,44%), P3 (33,06%) dan P4 (27,75%). Kandungan BO tertinggi pada perlakuan P0 yaitu 94,73% disusul oleh P1 (92,45%), P2 (89,91%), P3 (88,19%) dan P4 (86,72%). Kandungan PK tertinggi pada perlakuan P4 yaitu 27,04% disusul oleh P3 (24,08%), P2 (21,20%), P1 (16,05%) dan P0 (2,31%). Kandungan SK terendah pada P0 yaitu 7,38% disusul oleh P1 (8,59%), P2 (15,14%), P3 (19,22%) dan terjadi penurunan pada perlakuan P4 yaitu 17,28%. Lama fermentasi 96 jam ampas putak dengan Aspergillus oryzae menunjukkan hasil yang terbaik ditinjau dari peningkatan kualitas fisik, PK, SK dan penurunan pH, BK, BO. Saran yang dapat diberikan adalah fermentasi ampas putak menggunakan Aspergillus oryzae selama 96 jam menjadi rekomendasi pakan ternak ruminansia karena ditinjau dari kandungan PK dan SK yang tinggi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur kecernaan secara in vitro.