Analisis Respon Penawaran Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq) di Indonesia
Daftar Isi:
- Salah satu tanaman perkebunan yang menjadi penyumbang PDB dan mempunyai potensi pengembangan tinggi di Indonesia adalah kelapa sawit. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri, ekspor CPO (Crude Palm Oil) yang menghasilkan devisa dan menyediakan kesempatan kerja. Pengembangan komoditas ekspor kelapa sawit terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2007 - 2012 sebesar 6,96%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat rata-rata 6,02% per tahun. CPO di Indonesia memang merupakan salah satu penghasil devisa terbesar yaitu dari besarnya jumlah ekspor ke berbagai negara di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan luas areal dan produktivitas kelapa sawit di Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk menduga respon penawaran dari petani kelapa sawit dalam jangka pendek dan jangka panjang. Model ekonometrika yang digunakan untuk mengestimasi respon penawaran adalah model Nerlove Partial Adjustment. Model Nerlove adalah model dinamis yang menyatakan bahwa output adalah fungsi dari harga yang diharapkan, penyesuaian areal, dan beberapa variabel eksogen lainnya. Bentuk yang tereduksi (reduced form) dari model Nerlove akan berbentuk model autoregressive karena model tersebut memasukkan nilai lag dari variabel dependen diantara variabel-variabel penjelasnya. Respon penawaran diduga secara tidak langsung melalui persamaan respon luas areal dan respon produktivitas menggunakan teknik estimasi Ordinary Least Square (OLS) menggunakan Eview 8.1. Jenis data yang digunakandalam penelitian ini adalah data sekunder dengan deret waktu (time series) selama 20 tahun, yaitu dari tahun 1994-2014. Data yang digunakan adalah antara lain: luas areal tanam kelapa sawit, produktivitas kelapa sawit, harga CPO, harga karet (sheet), trend teknologi, harga pupuk urea dan ekspor CPO. Hasil yang diperoleh dari model luas areal kelapa sawit adalah variabel ekspor kelapa sawit diperoleh koefisien sebesar 0.005295 (positif) dan tidak signifikan hingga taraf 15% dan variabel luas areal tanam sebelumnya memiliki nilai koefisien sebesar 0.839209 (positif) dan signifikan pada taraf 1%. Variabel harga CPO tahun sebelumnya diperoleh nilai koefisien sebesar 0.055660 (positif) yang signifikan pada taraf 5%. Variabel harga karet (sheet) sebelumnya diperoleh koefisien sebesar 0.007936 (positif) yang tidak signifikan hingga pada taraf 15%. Apabila terjadi kenaikan harga CPO sebelumnya, harga karet (sheet) sebelumnya, jumlah ekspor CPO sebelumnya dan luas areal kelapa sawit sebelumnya sebesar 1% maka akan ii menaikkan luas areal kelapa sawit pada tahun berjalan. Hal ini akan mendorong petani untuk mengalokasikan lahan yang dimiliki untuk budidaya kelapa sawit. Variabel yang digunakan dalam melakukan pendugaan respon penawaran melalui pendekatan produktivitas kelapa sawit adalah variabel harga CPO sebelumnya, harga pupuk urea sebelumnya, trend teknologi, produktivitas sebelumnya. Nilai koefisien pada variabel harga CPO sebelumnya adalah sebesar 0.021461 (positif) yang siginifikan pada taraf 15%. Nilai koefisien pada variabel harga pupuk urea sebelumnya adalah 0.062113 (negatif) dan signifikan pada taraf 15%. Nilai koefisien trend teknologi diperoleh sebesar 0.007073 (positif) signifikan pada taraf 25%. Variabel produktivitas sebelumnya diperoleh nilai koefisien sebesar 0.610641 (positif) dan signifikan pada taraf 1%. Disimpulkan bahwa apabila terjadi perubahan pada variabel harga CPO, trend teknologi dan produktivitas sebelumnya sebesar 1% maka akan menyebabkan perubahan produktivitas kelapa sawit tahun berjalan dan akan mendorong petani untuk membudidayakan kelapa sawit. Variabel harga pupuk urea berpengaruh negatif terhadap produktivitas kelapa sawit karena dengan harga pupuk urea yang tinggi petani akan mengganti pupuk sesuai kebutuhan tanaman kelapa sawit. Nilai elastisitas penawaran kelapa sawit diduga melalui elastisitas luas areal dan elastisitas produktivitas. Elastisitas luas areal kelapa sawit dalam jangka pendek adalah 0.05566 hal ini mengindikasikan bahwa nilai elastisitas jangka pendek luas areal adalah inelastis (EA(SR)<1). Hal tersebut menjelaskan bahwa harga CPO dalam mempengaruhi luas areal tidak lebih dari 1% dan kurang responsif. Pada jangka panjang respon luas areal diperoleh sebesar 0.3478 menunjukkan bahwa inelastis (EA(lr)<1). Hasil elastisitas produktivitas jangka pendek yang diperoleh adalah sebesar 0.021461 sehingga dapat dikatakan inelastis (EY(sr)<1). Elastisitas produktivitas jangka panjang diperoleh lebih rendah dari respon luas areal pada jangka pendek yaitu sebesar 0.05647 atau dalam keadaan inelastis (EY(lr)<1). Artinya, bahwa perilaku petani kelapa sawit dalam merespon peningkatan harga CPO dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang lebih mengarah kepada usaha untuk meningkatkan produktivitas. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai variabel-variabel yang belum bias dimasukkan pada penelitian ini sehingga dapat memaparkan ruang lingkup lebih spesifik. Adapun variabel-variabel yang dapat dimasukkan seperti upah tenaga kerja dan harga CPO internasional karena kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia.