Evaluasi dan Perencanaan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Kopi Bubuk (Studi Kasus “CV. Pusaka Bali Persada” Bali)
Main Author: | Yanuaristy, WindaDixi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131303/ |
Daftar Isi:
- Tata letak fasilitas produksi merupakan landasan utama dalam membangun sebuah perindustrian. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tata letak fasilitas produksi pada CV. Pusaka Bali Persada, kemudian mengevaluasi dan membandingkan tata letak usulan perbaikan (re-layout) fasilitas produksi CV. Persada Bali Pusaka. Tata letak fasilitas produksi pada CV. Pusaka Bali Persada termasuk dalam jenis tata letak berdasarkan produk. Dimana tata letak fasilitas produksi dari perusahaan dibagi menjadi 10 departemen. Pada kondisi tata letak saat ini proses penanganan bahan baku sering mengalami hambatan dan permasalahan akibat dari adanya beberapa departemen yang mengalami perpotongan aliran (cross movement), kemudian jarak antar departemen yang berhubungan terkendala oleh jarak yang cukup jauh, dan terdapat area kosong yang belum dioptimalkan sehingga berdampak pada tingginya biaya material handling (OMH). Tata letak fasilitas saat ini apabila dievaluasi menggunakan prinsip-prinsip dasar tata letak secara benar, diduga kondisinya sudah tidak ideal sehingga membutuhkan perencanaan ulang. Metode yang digunakan untuk menghasilkan tata letak usulan perbaikan adalah teknik konvensional. Penggunaan teknik konvensional dipilih karena metode ini dapat menganalisis aliran bahan sehingga perencanaan tata letak fasilitas produksi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan sesuai dengan kondisi di lapang, serta tidak terlalu banyak aturan seperti halnya menggunakan software dan semacamnya dalam proses pengerjaan. Metode teknik konvensional menggunakan beberapa tahapan yaitu, 1. Pembuatan peta proses operasi, 2. Menentukan kebutuhan luas lantai yang ideal, 3. Analisis antar kegiatan dengan ARC (Activity Relationship Chart), 4. Membuat TCR (Total Closeness Rating) untuk mengetahui urutan kedekatan antar departemen, 5. Membuat peta Dari-Ke (Form to Chart), 6. Analisis peta inflow-outflow, 7. Membuat Tabel Skala Prioritas, 8. Analisis diagram ARD (Activity Relationship Chart), dan yang terakhir pembuantan tamplate baru dengan membuat visualisasi tata letak usulan yang direncanakan dengan software Microsoft Visio 2003 dengan skla yang sesuai dengan sebenarnya. Tata letak dengan biaya material handling yang paling rendah akan diusulkan sebagai alternatif perbaikan tata letak agar didapatkan biaya penanganan baha baku yang lebih rendah agar mampu meningkatkan pendapatan dari perusahaan. Hasil dari tata letak usulan perbaikan akan langsung dibandingkan dengan tata letak fasilitas awal. Perbandingan yang dilakukan mencakup biaya material handling awal dan usulan dari fasilitas produksi, kemudian jarak dan waktu pada proses penangan bahan pada satu hari proses produksi. Biaya material handling pada tata letak fasilitas awal, meliputi jarak yang ditempuh dalam satu hari penangan bahan adalah 1.958,3 meter, dalam waktu selama 1.403,7 menit dengan biaya material handling/m sebesar Rp. 362.393,94, sedangkan biaya proses penanganan bahan perhari didapati ongkos material handling sebesar Rp. 12.638.983, 1. Untuk tata letak usulan perbaikan didapatkan jarak dalam satu hari kali penanganan bahan sebesar 587,4 meter, dengan waktu selama 1.372,8 menit dan biaya material handling/m sebesar Rp. 268.066,165, dengan biaya proses penanganan bahan perhari didapati ongkos material handling sebesar Rp. 11.002.213,5. Dengan menggunakan tata letak fasilitas usulan dalam satu kali proses operasi dapat menghemat waktu sebesar 0,51 menit/ hari, begitu pula menghemat jarak sebesar 1.010, meter/harinya, dengan ongkos material handling/m sebesar Rp. 94.327,7/meter/hari dan biaya perhari sebesar Rp.1.636.769,6, dengan hal tersebut maka tata letak usulan perbaikan dapat memangkas ongkos material handling menjadi Rp. 275.055.338,-/25 hari kerja dari ongkos material handling awal yang sebesar Rp. 315.974.578,-/25 hari kerja, maka perusahaan dapat menghemat ongkos material handling sebesar Rp. 40.919.239,5/25 hari kerja, dari hasil usulan perbaikan didapatkan selisih yang sangat signifikan terletak pada ongkos material handling, dimana kedepannya dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan dan menyajikan kondisi kerja yang lebih ekonomis dengan tata letak yang lebih teratur sesuai dengan alur proses produksi. Hasil evaluasi dari tata letak fasilitas produksi di CV. Pusaka Bali Persada menunjukkan bahwa kondisi tata letak saat ini memilki beberapa permasalahan yang dapat menghambat aliran bahan sehingga biaya aliran bahan menjadi tinggi. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa kondisi tata letak fasilitas produksi saat ini membutuhkan perbaikan. Maka sebaiknya dari pihak perusahaan melakukan peninjauan ulang terhadap kondisi tata letak awal fasilitas produksi agar didapatkan biaya aliran bahan yang lebih rendah. Sebagai alternatif perbaikan sebaiknya pihak dari perusahaan menerapkan usulan tata letak perbaikan yang telah dibuat untuk diterpakan pada proses penanganan kegiatan produksi khususnya pada proses penanganan bahan baku agar didapati biaya yang lebih rendah pada proses produksi dan aliran bahan berjalan dengan lancar.