Pengaruh Posisi Semai Benih Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Durian (Durio zibethinus Murr.)
Main Author: | Wulan, YanungRetno |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128614/1/051102671.pdf http://repository.ub.ac.id/128614/ |
Daftar Isi:
- Buah durian banyak disukai konsumen. Durian merupakan tanaman spesifik tropis yang bernilai ekonomis cukup tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani, devisa negara, dan kebutuhan agribisnis. Pertanaman durian yang ada saat ini umumnya berasal dari benih yang kualitasnya sangat beragam. Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya durian. Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu pilihan untuk memperoleh bibit unggul, meskipun tanaman durian dapat pula diperbanyak secara generatif. Perbanyakan secara generatif pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama, namun kelebihan perbanyakan dari benih adalah secara umum batang pohon hasil benih lebih kokoh, sehat dan berumur panjang (Nazaruddin dan Muchlisah, 1994). Salah satu cara yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif adalah dengan grafting yaitu menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sehingga tercapai kombinasi dan persenyawaan yang akan tumbuh menjadi tanaman baru (Wudianto, 1988). Faktor awal keberhasilan grafting adalah penyediaan batang bawah yang memiliki pertumbuhan yang baik. Batang bawah asal benih (semai) lebih menguntungkan dalam hal jumlah, dan pada umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya, dan sistem perakarannya lebih bagus serta kuat (Ashari, 2006). Batang bawah yang baik dapat diperoleh dengan menanam benih dengan posisi yang tepat. Posisi benih yang tepat tersebut akan berpengaruh pada kecepatan berkecambah dan kekuatan tumbuh keseluruhan bagian tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi yang tepat dalam penanaman benih durian sehingga didapatkan bibit dengan pertumbuhan yang baik. Hipotesis yang diajukan adalah kenormalan perkecambahan dan pertumbuhan bibit durian ditentukan oleh posisi tanam benih. Penelitian dilaksanakan di Nursery Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, yang terletak di Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, pada ketinggian 550 m dpl dengan suhu rata-rata 26o C. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari hingga bulan April 2010. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu penggaris, alat tulis, digital camera, hand sprayer dan gembor. Bahan penelitian yang digunakan yaitu benih buah durian kultivar manalagi yang berasal dari satu pohon yang sama. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yang diulang 3 kali. Perlakuan tersebut adalah P1: Posisi benih tengkurap, P2: Posisi benih tengadah, P3: Posisi benih terbalik, P4: Posisi benih tegak, P5: Posisi benih miring. Parameter pengamatan terdiri dari pengamatan non destruktif diantaranya persentase perkecambahan, saat jatuhnya kapsul, saat munculnya plumula, tinggi tanaman, persentase pertumbuhan bibit, persentase bibit tumbuh normal dan persentase bibit tumbuh abnormal. Sedangkan pengamatan destruktif yaitu pengamatan fisik morfologi keseluruhan tanaman. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi penanaman benih memberikan pengaruh yang nyata pada parameter saat munculnya plumula yakni pada posisi benih tegak (P4) sebesar 3,07 hst. Penanaman benih dengan posisi tegak (P4) memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi penanaman benih yang lain untuk beberapa parameter, diantaranya parameter saat munculnya plumula sebesar 3,07 hst, tinggi tanaman pada umur 39, 46, 50, 53 dan 57 hst, dan persentase perkecambahan yang mencakup nilai 100%. Posisi tanam benih tengkurap (P1) memberikan hasil tertinggi untuk parameter persentase pertumbuhan bibit yakni sebesar 96,67 %. Posisi penanaman benih miring (P5) memiliki nilai tertinggi pada parameter bibit tumbuh normal yang memiliki nilai sebesar 66,67 %.