Respon petani tebu terhadap Perubahan Pola Komunikasi Latihan dan Kunjungan (LAKU) menjadi Layanan dan Konsultasi (LAKON) dalam Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) studi kasus di Asosiasi Petani

Main Author: ZulviaRumaida
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2008
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/127720/1/050801314.pdf
http://repository.ub.ac.id/127720/
Daftar Isi:
  • Inpres No. 9 tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) membawa perubahan yang besar bagi kehidupan petani tebu rakyat. Peraturan ini mengarah pada perubahan sistem sewa menjadi sistem tebu rakyat, sehingga menempatkan petani sebagai mitra kerja dari pabrik gula. Keadaan tersebut menuntut petani tebu untuk lebih aktif dan mandiri dalam mencari informasi dan inovasi pertanian, sehingga menjadikan perubahan pola komunikasi di PG yaitu dari pola komunikasi Latihan dan Kunjungan (LAKU) menjadi pola komunikasi Layanan dan Konsultasi (LAKON). Tujuan Penelitian adalah (1) Untuk mengidentifikasi perbedaan dan mendeskripsikan proses perubahan pola komunikasi LAKU menjadi LAKON dalam program TRI, (2) Untuk mendeskripsikan respon petani tebu terhadap perubahan pola komunikasi dalam program TRI, (3) Untuk menganalisis hubungan respon petani tebu terhadap pola komunikasi LAKON dalam program TRI. Penelitian ini tergolong penelitian yang menggunakan jenis explanatory research dan dengan metode survey. Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Jamsaren Kecamatan Pesantren Kabupaten Kediri wilayah kerja PG Pesantren Baru Kediri. Pengambilan sampel responden dilakukan secara Simple Random Sampling, dengan alasan memiliki keragaman latar belakang pendidikan. Dari populasi 35 orang didapat sampel 18 orang. Pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara mendalam (In-depth Interview), wawancara terstruktur (Kuisioner), observasi, dan dokumentasi . Analisis data yang digunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis Rank Spearman. Hasil dari penelitian ini adalah: 1. Bahwa perubahan pola komunikasi Latihan dan Kunjungan (LAKU) menjadi Layanan dan Konsultasi (LAKON) dalam program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) disambut dengan baik oleh petani tebu, karena dengan pola komunikasi LAKON ini petani tebu mendapat layanan untuk berkonsultasi dengan sinder tentang permasalahan usahatani tebunya. 2. Dalam pelaksanaan pola komunikasi LAKON tersebut dapat dilakukan oleh petani tebu secara langsung atau tatap muka dengan sinder maupun dengan menggunakan HP / Telepon sebagai media komunikasinya. Telepon genggam (HP) sebagai media komunikasi antara petani dengan sinder atau dengan petani lain sangat banyak digunakan oleh petani tebu. Hal tersebut terjadi karenapetani merasa HP lebih menguntungkan dan efektif digunakan untuk menghubungi sinder dan petani lain. 3. Pada dasarnya pola komunikasi LAKON adalah modifikasi dari pola komunikasi LAKU, hal tersebut dibuktikan dari indikator SMCRE (sumber, pesan, saluran, penerima dan efek) dari kedua pola komunikasi tersebut tidak terdapat perbedaan yang prinsip diantara kedua pola komunikasi dalam Program TRI tersebut. Proses perubahan dan perbedaan antara pola komunikasi LAKU menjadi LAKON tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh faktor dari Pabrik Gula (PG), faktor dari petani, faktor perkembangan teknologi dan faktor perubahan budaya, sehingga pola komunikasi LAKON sangat cocok diterapkan di PG Pesantren Baru Kediri. 4. Respon petani tebu terhadap perubahan pola komunikasi LAKU menjadi LAKON dalam Program TRI ini dikategorikan tinggi dengan skor rata-rata 803,5 dari skor maksimal 850,5 atau sebesar 94,474 %. Hal ini disebabkan partisipasi petani yang cukup tinggi pada pola komunikasi LAKON. Sedangkan untuk skor pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Tingkat pengetahuan petani terhadap perubahan pola komunikasi LAKU menjadi LAKON dalam Program TRI tinggi, hal ini dapat diketahui dari persentase skor maksimal di lapang mencapai 93,724 % terhadap skor maksimal yang seharusnya dicapai. b. Tingkat sikap petani terhadap perubahan pola komunikasi LAKU menjadi LAKON dalam Program TRI juga tinggi, hal ini dapat diketahui dari persentase skor maksimal di lapang mencapai 96,296 % terhadap skor maksimal yang seharusnya dicapai. c. Tingkat ketrampilan petani terhadap perubahan pola komunikasi LAKU menjadi LAKON dalam Program TRI tinggi, hal ini dapat diketahui dari persentase skor maksimal di lapang mencapai 93,333 % terhadap skor maksimal yang seharusnya dicapai. d. Tingkat persepsi petani terhadap perubahan pola komunikasi LAKU menjadi LAKON dalam Program TRI tinggi, hal ini dapat diketahui dari persentase skor maksimal di lapang mencapai 94,691 % terhadap skor maksimal yang seharusnya dicapai. 5. Terdapat hubungan antara respon petani tebu terhadap pola komunikasi LAKON dalam Program TRI, dapat diketahui dari hasil analisis data yang menunjukkan bahwa respon petani tebu (X) terdapat hubungan dengan pola komunikasi LAKON (Y) karena dari hasil perhitungan dengan analisis Korelasi Rank Spearman diketahui bahwa t hitung sebesar 2,626 sedangkan t tabel (0,05) sebesar 0,399 pada taraf kepercayaan 95 %, sehingga diperoleh t hitung lebih besar daripada t tabel, yang berarti tolak Ho atau terdapat korelasi antara variabel X dan variabel Y, yang artinya terdapat hubungan antara respon petani tebu terhadap pola komunikasi LAKON. Hal tersebut terjadi karena pengetahuan, sikap, ketrampilan dan persepsi petani tebu terhadap pola komunikasi LAKON menunjukkan kategori tinggi, sehingga mudah untuk menerima perubahan sumber, pesan, saluran, penerima dan efek dalam pola komunikasi LAKON.