Karakterisasi Minyak Hasil Samping Pengalengan dan Penepungan Ikan Tuna (Thunnus Sp) dan Lemuru (Sardinella Sp)

Main Author: Iqbal, Muhammad
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/127/1/Muhammad%20Iqbal.pdf
http://repository.ub.ac.id/127/
Daftar Isi:
  • Indonesia merupakan negara maritim dengan potensi perikanan yang melimpah. Komoditas perikanan yang diunggulkan oleh Indonesia adalah tuna dan lemuru. Proses pengolahan seperti pengalengan dan penepungan ikan tersebut banyak di lakukan di daerah pesisir Indonesia. Pada Tahun 2009 di daerah Muncar, tercatat 3.387 ton kebutuhan ikan untuk pengalengan ikan, dan 4.770 ton kebutuhan ikan untuk penepungan ikan. Jumlah yang melimpah tersebut juga menghasilkan hasil samping pengolahan, salah satunya adalah minyak hasil samping pengolahan ikan. Minyak ikan hasil samping pengalengan ikan diperoleh dari proses pre-cooking. Pada proses pre-cooking didapatka campuran air, darah, minyak, dan padatan halus tersuspensi. Sedangkan pada proses penepungan tuna, minyak ikan diperoleh dari proses pengepresan. Pada proses pengepresan ini didapatkan fraksi padat dan cair yang salah satu isinya minyak ikan. Rendemen minyak ika pengalengan lemuru didapatkan sebesar 6% sedangkan penepungannya 10%. Selama ini minyak hasil samping pengolahan ikan tuna dan lemuru hanya digunakan sebagai campuran komposisi pakan ternak. Padahal ikan tuna dan lemuru memiliki nutrisi yang tinggi. Sehingga ekstraksi minyak ikan juga memiliki nutrisi yang dapat memberikan efek positif bagi kesehatan. Beberapa kandungan minyak ikan berkualitas baik adalah asam lemak omega-3 eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA), vitamin A, D, dan E serta beberapa mineral. Penelitian ini dilakukan dengan karakterisasi enam sampel penelitian dari industri penepungan dan pengalengan ikan tuna dan lemuru di daerah Bali dan Banyuwangi. Indutri yang dijadikan penelitian adalah Industri Penepungan Lemuru 1 dan Industri Penepungan Lemuru 2 mewakili penepungan lemuru. Industri Pengalengan Lemuru 1 dan Industri Pengalengan Lemuru 2 mewakili pengalengan lemuru. Industri Pengalengan Tuna 1 mewakili pengalengan tuna, dan Industri Tradisional yang mewakili penepungan tuna. Hasil penelitian menunjukkan hanya sampel dari Industri Penepungan Lemuru 1 dan Industri Pengalengan Lemuru 1 (pengalengan lemuru) yang telah sesuai dengan standar untuk makanan IFOMA. Namun semua sampel memiliki kandungan EPA (omega-3). Industri Penepungan Lemuru 1 memiliki kandungan EPA sebesar 20,21%. Industri Penepungan Lemuru 2 memiliki kandungan EPA sebesar 21,16%. Industri Pengalengan Lemuru 1 EPA sebesar 15,86%. Industri Pengalengan Lemuru 2 EPA sebesar 4,85%. Industri Tradisional penepungan tuna EPA sebesar 15,72%. Industri Pengalengan Tuna EPA sebesar 8,18%. Dengan kandunga EPA ini sampel minyak ikan hasil samping pengolahan ikan masih memiliki potensi untuk dapat diolah lebih lanjut.