Kajian Hubungan Kualitas Air Dengan Laju Pertumbuhan Pada Budidaya Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Sistem Resirkulasi

Main Author: Abdillah, Muhammad Anis
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/12643/
Daftar Isi:
  • Salah satu jenis komoditas budidaya perairan tawar yang berkembang pesat adalah lele, atau lebih tepatnya ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Menurut Bank Indonesia (2010), sekitar tahun 1980 ikan lele sudah mulai dibudidayakan untuk kebutuhan konsumsi. Menurut Sukoco (2016), ikan lele merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat digemari dan populer di kalangan masyarakat. Padat penebaran tinggi menyebabkan limbah hasil metabolisme dan sisa pakan ikut meningkat. sehingga perlu dilakukan analisis terhadap kualitas air yang mendukung pertumbuhan pada budidaya ikan lele dumbo dengan padat penebaran yang berbeda. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air terhadap laju pertumbuhan ikan lele dumbo (C. geriepinus) dengan kepadatan yang berbeda pada budidaya sistem resirkulasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan 3 perlakuan padat penebaran berbeda yaitu kolam 1 dengan padat penebaran 100 ekor/m2, kolam 2 dengan padat penebaran 300 ekor/m2 dan kolam 3 dengan padat penebaran 500 ekor/m2. Setiap kolam penelitian menggunakan sistem resirkulasi, dimana terdapat 3 komponen yakni kolam pemeliharaan ikan, bak swirl-filter dan bak bioball. Pemeliharaan ikan selama 60 hari masa pemeliharaan dengan parameter utama yang diamati adalah kualitas air meliputi amonia, nitrat, TOM, suhu, DO, pH dan laju pertumbuhan spesifik. Parameter penunjangnya adalah kelulushidupan, rasio konversi pakan dan retensi protein. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dengan penerapan sistem resirkulasi dapat mempertahankan kualitas air dan ikan uji tetap hidup. Namun dengan padat penebaran yang semakin tinggi berakibat terhadap laju pertumbuhan semakin menurun. Laju pertumbuhan tertinggi pada kolam pemeliharaan 1 sebesar 2,7%, kemudian kolam pemeliharaan 2 sebesar 2,3% dan terendah kolam pemeliharaan 3 sebesar 2,2%. Hal ini diduga suplai pakan sebagai sumber energi kurang, maka perlu penambahan dosis pakan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan ikan.