Analisis Pemanfaatan Energi Panas pada Pengeringan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan menggunakan Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK)
Main Authors: | Zamharir, Zamharir, Sukmawaty, Sukmawaty, Priyati, Asih |
---|---|
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Fakultas Teknologi Pangan & Agroindustri (Fatepa) Universitas Mataram dan Perhimpunan Teknik Pertanian (PERTETA) Cabang NTB
, 2016
|
Online Access: |
http://jrpb.unram.ac.id/index.php/jrpb/article/view/34 http://jrpb.unram.ac.id/index.php/jrpb/article/view/34/25 |
Daftar Isi:
- Onion (Allium ascalonicum, L.) is one horticulture commodity that is widely cultivated by Indonesian society. There are many benefits that can be drawn from the onion and high economic value of these vegetables make farmers in various regions interested to cultivate them to earn huge profits. Purpose of this study was to analyze the needs of heat energy in the drying process of onions. Method used in this research was experimental methods by using Greenhouse Gasses (GHG) dryer for drying onion. This dryer utilizes solar energy as the only source of heat to raise temperature of the material in the drying process. On the first experimental stage (without materials) the highest temperature inside the dryer was 52°C and the lowest was 27°C, while the maximum temperature in the environment was 34°C and the minimum was 25°C. The average temperature difference between the dryer and the environment was 14°C with average solar radiation of 445 W/m2. On the experiment using materials, the average temperature of the dryer during 4 days, the lowest was 37.75°C and the highest was 51.75° C; whereas the lowest and the highest environment temperature respectively was 25.8°C and 37.0°C. The average light intensity was 545 W/m2, with average total amount of solar energy received was 2,227,262.7 kJ and the average drying efficiency was 39.9%.
- ABSTRAK Bawang Merah (Allium ascalonicum, L.) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Banyaknya manfaat yang dapat diambil dari bawang merah dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan energi panas pada proses pengeringan bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimental, yaitu melakukan percobaan terhadap alat pengering bawang merah Efek Rumah Kaca (ERK). Alat pengering ini merupakan alat pengering yang memanfaatkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber panas untuk menaikkan suhu bahan pada proses pengeringan. Pada pengujian alat tahap pertama (tanpa bahan) suhu tertinggi pada alat pengering yaitu 52°C dan suhu terendah 27°C, sedangkan suhu tertinggi pada lingkungan, yaitu 34°C dan terendah 25°C. Selisih suhu udara alat pengering dengan lingkungan rata-rata 14°C dengan radiasi surya rata-rata 445 W/m2. Adapun pada pengujian menggunakan bahan, suhu rata-rata alat pengering selama 4 hari, yaitu suhu terendahnya 37,75°C, suhu tertinggi 51,75°C; sedangkan suhu terendah dan tertinggi lingkungan berturut-turut 25,8°C dan 37,0°C. Intensitas cahaya rata-rata 545 W/m2, jumlah energi matahari total yang di terima rata-rata 2.227.262,7 kJ dengan efisiensi rata-rata pengeringan 39,9%. Kata kunci: Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK), bawang merah, energi, sebaran suhu