PENERAPAN GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) PADA PROSES PEMBEKUAN WHOLE ROUND IKAN LAYUR (Trichiurus sp) DI PT. ALAM JAYA, SURABAYA, JAWA TIMUR

Main Author: R ADITIYA KHAIRUDDIN KAMAL, 141311133192
Format: Lainnya NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: Fakultas Perikanan dan Kelautan , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.unair.ac.id/57594/1/RINGKASAN.pdf
http://repository.unair.ac.id/57594/2/PKL.%20PK.%20BP.%20185-16%20Kam%20p%20-%20Copy.pdf
http://repository.unair.ac.id/57594/
http://lib.unair. ac.id
Daftar Isi:
  • Good Manufacturing Practices (GMP) adalah persyaratan dasar yang semestinya dipenuhi oleh suatu perusahaan yang ingin menghasilkan pangan yang bermutu dan aman secara konsisten. Tujuan spesifik dari penerapan GMP dalam industri pangan adalah memberikan prinsip-prinsip dasar makanan yang diterapkan dalam memproduksi makanan sepanjang rantai dan jalur makanan (mulai dari produk primer hingga produk siap konsumsi). Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di PT. Alam Jaya Surabaya pada tanggal 18 Januari 2016 hingga 13 Februari 2016. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung sehingga diperoleh data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Aspek-aspek GMP pada proses produksi whole round ikan layur yang diterapkan oleh PT. Alam Jaya secara keseluruhan mengadopsi dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah dilaksanakan dengan baik. Dalam setiap proses produksi mulai bahan baku datang hingga penyimpanan, proses yang dijalankan oleh PT. Alam Jaya dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter sehingga kualitas produk terjamin hingga ke tangan supplier. Aspek-aspek GMP secara umum meliputi lingkungan dan lokasi, bangunan dan fasilitas unit usaha, fasilitas teknis, sistem pengendalian hama, personal hygiene, manajemen pengawasan, pencatatan dan dokumentasi serta pelatihan dapat dijadikan sebagai acuan kelayakan suatu perusahaan.Faktor-faktor dan kendala selama proses produksi berlangsung antara lain bahan baku yang didatangkan mengandalkan hasil tangkapan sehingga jumlah bahan baku yang datang tidak tetap. Sistem First In First Out (FIFO) yang diterapkan tidak dapat berjalan dengan baik. Akibatnya produk tidak dapat tersusun dengan rapi dan mengakibatkan terganggunya aktivitas bongkar muat produk.