Memahami konsep manusia unggul versi Friedrich Nietzsche dan Muhammad Iqbal

Main Author: Safii, Safii
Format: Book PeerReviewed
Bahasa: ind
Terbitan: SeAP (Southeast Asian Publishing) , 2020
Subjects:
Online Access: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19664/1/Safii%20-%20Memahami%20Konsep%20Manusia%20Unggul%20-%20SeAP%202020.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19664/
Daftar Isi:
  • Bagi Iqbal manusia adalah merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan dalam dua dimensi, yaitu dimensi eksternal (fisik) dan internal (spiritual). Oleh sebab itu, diperlukan keseimbangan (moderasi) di antara keduanya untuk menumbuhkembangkan kekuatan yang secara potensial sudah berada di dalamnya. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, semua manusia pada dasarnya adalah sama (equal). Adapun yang membedakan di dalam perkembangan selanjutnya yang dilegitimasi Islam adalah gradasi ketaqwaannya (obidience). Dan, untuk itu diperlukan berbagai instrumen, seperti: cinta, faqr, keberanian, toleransi, kasbi halal dan kreatifitas. Sebagai konsekuensi dari tujuan Iqbal untuk menciptakan tipe manusia unggul yang diidealkannya, maka tujuan hidup manusia di dunia ini adalah beramal yang sebaik-baiknya (ahsan al-‘amal) serta dipenuhinya berbagai prasyarat seperti: taat kepada hukum, menguasai diri sendiri dan kekhalifahan ilahi Bagi Nietzsche manusia bukan makhluk yang bersumber dari supernatural. Oleh sebab itu, yang penting dalam diri manusia adalah badannya dan bukan jiwanya. Sehingga kekuatan fisik sangat dibutuhkan bagi dirinya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Berdasarkan kekuatannya, individu manusia terklasifikasi ke dalam dua kelompok, yaitu yang bermoral budak (herden moral) dan moral tuan (herren moral). Sebagai konsekuensi dari keinginan Nietzsche untuk menciptakan tipe manusia unggul, maka tujuan hidup manusia itu tiada lain adalah untuk berkuasa. Di samping itu, harus memenuhi berbagai prasyarat, seperti: mengubah sistem nilai atas kemampuan sendiri dan mengenal diri sendiri. Kedua tokoh tersebut di samping memiliki persamaan konsep tentu saja di dalamnya juga terdapat perbedaan. Persamaannya terletak dalam masalah dualitas manusia, etos kerja, faham dinamika, kekuatan, keberanian, teori evolusinya, tujuannya, untuk menciptakan tipe manusia unggul, dan kemampuan pribadi. Adapun perbedaannya adalah sumber kejadian manusia, klasifikasi manusia, kriteria nilai, cinta, faqr, toleransi, kasb-i halal (usaha yang halal), taat kepada hukum, kekhalifahan ilahi dan definisi manusia unggul.