Pengaruh perbedaan proses pemekatan ekstrak buah anggur Probolinggo Biru terhadap aktivitas antibakteri pada Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis (Proposal Skripsi)

Main Author: Hartono, Renny Evelyn
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.wima.ac.id/1073/1/ABSTRAK.pdf
http://repository.wima.ac.id/1073/25/BAB%201.pdf
http://repository.wima.ac.id/1073/26/BAB%202.pdf
http://repository.wima.ac.id/1073/27/BAB%203.pdf
http://repository.wima.ac.id/1073/28/BAB%204.pdf
http://repository.wima.ac.id/1073/29/LAMPIRAN.pdf
http://repository.wima.ac.id/1073/
Daftar Isi:
  • Anggur Probolinggo Biru merupakan salah satu buah anggur lokal Indonesia yang produksinya cukup tinggi, tetapi kurang diminati karena rasanya yang asam dan sepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi dan menginformasikan potensi buah anggur Probolinggo Biru, salah satunya potensi sebagai antibakteri. Beberapa penelitian melaporkan bahwa ekstrak buah anggur memiliki aktivitas antibakteri karena kandungan polifenolnya, namun hasil penelitian tersebut sangat bervariasi tergantung dari varietas bahan, metode ekstraksi serta pelarut yang digunakan. Pada penelitian ini, ekstrak buah anggur Probolinggo Biru diperoleh dari seluruh bagian buah dengan cara menghancurkan dengan blender dan disaring. Penggunaan seluruh bagian buah anggur ini umum dilakukan untuk preparasi buah anggur dalam pengolahan pangan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor, yaitu ekstrak buah anggur tanpa pemekatan dan yang dipekatkan hingga volume akhir ekstrak 50% pada kondisi vakum (50oC, 200 mbar) dan tidak vakum (70oC, 1031 mbar). Penelitian ini menggunakan ulangan sebanyak tiga kali. Aktivitas antibakteri dari ekstrak anggur diukur dengan uji difusi sumur menggunakan media Mueller-Hinton Agar (MHA) dengan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis sebagai bakteri indikator. Ketiga bakteri tersebut memiliki sifat gram dan keberadaan spora yang berbeda sehingga menghasilkan ketahanan terhadap aktivitas antibakteri yang berbeda pula. Hasil pengujian berupa diameter penghambatan (cm) selanjutnya dilakukan uji ANAVA dan dilanjutkan dengan uji DMRT.