EVALUASI PROSES RANTAI PASOKAN DAN PERLAKUAN PASCAPANEN TERHADAP MUTU KORO BENGUK (Mucuna pruriens var. utilis (L.) DC)
Daftar Isi:
- Latar Belakang: Koro benguk (Mucuna pruriens) adalah tanaman jenis polongpolongan tropis yang digunakan sebagai pupuk hijau atau tanaman penutup. Tanaman koro benguk bersifat adaptif sehingga tidak memerlukan perawatan khusus seperti tanaman lainnya.Namun hingga saat ini tanaman koro benguk tidak dibudidayakan secara intensif sehingga persebaran koro benguk di pasar masih sangat terbatas.Selain itu rantai pasokan koro benguk juga belum terorganisir dengan baik.Salah satu wilayah di Indonesia yang diketahui memiliki hasil pertanian koro-koroan adalah Kabupaten Wonogiri.Di kabupaten ini sudah teridentifikasi 32 jenis koro-koroan. Para pelaku dalam proses rantai pasokan koro benguk di Kabupaten Wonogiri terdiri dari petani, pengumpul, pengepul, dan pedagang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi proses rantai pasokan dan penanganan pascapanen koro benguk di Kabupaten Wonogiri; merumuskan strategi alternatif terbaik dalam peningkatan mutu koro benguk selama proses rantai pasokan; dan menganalisa jumlah bahan pengotor dan banyaknya koro cacat serta besar kadar air koro benguk sepanjang proses rantai pasokan. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dilakukan dalam dua tahap. Pertama adalah observasi lapangan yang dilakukan untuk mengetahui perlakuan pascapanen yang dilakukan oleh para stakeholders koro benguk. Hasil dari observasi lapangan dan pustaka digunakan sebagai dasar untuk menyusun kuesioner. Tahap kedua adalah wawancara kepada para responden menggunakan alat bantu kuesioner yang telah disusun. Sedangkan penelitian utama terdiri dari analisa jumlah bahan pengotor, analisa jumlah koro cacat, dan analisa kadar air. Pengujian jumlah bahan pengotor dan jumlah koro cacat dilakukan penyortiran secara visual. Pengujian kadar air dilakukan dengan metode thermogravitimetri. Tetapi tidak semua responden rantai pasokannya dapat ditelusuri, hanya dua responden petani, dua responden pengumpul, dua responden pengepul, dan dua responden pedagang saja. Sehingga kedua jalur tersebut disebut sebagai Sampel A dan Sampel B, sedangkan koro benguk dari responden sisanya disebut sampel lain. Hasil dan Pembahasan: Perlakuan pascapanen di tingkat petani meliputi : pemanenan, pengeringan, pembijian, sortasi, dan penyimpanan. Perlakuan pascapanen di tingkat pengumpul, pengepul, dan pedagang meliputi : sortasi, grading, dan penyimpanan. Dari hasil analisa jumlah pengotor, jumlah butir rusak, dan jumlah butir keriput telihat bahwapada sampel A peningkatan cukup besar terjadi ketika sampel sampai di tingkat pedagang. Sedangkan di Sampel B mulai meningkat ketika sampel dibawa dari petani ke pengumpul. Kemudian dari hasil analisa jumlah butir warna lain terlihat bahwa pada kedua sampel A dan B serta sampel lain baik dengan ada/tidaknya proses sortasi tetap menghasilkan jumlah butir warna lain yang semakin meningkat. Peningkatan yang terjadi di setiap stakeholder dari petani hingga ke pedagang semuanya tidak terlalu besar. Dari hasil analisa kadar air koro benguk terlihat bahwa kadar air koro benguk di setiap tahap pelaku rantai pasokan mengalami peningkatan baik secara dry basis maupun wet basis.