Riwayat menggetarkan di perbatasan iman
Kisah yang menuntun bagi seseorang yang belum merasakan kebahagiaan dengan Tuhan atau bagi mereka yang tidak puas dengan keateisannya. Menunjukkan bahwa Islam bukan hanya agama ritual semata, seolah Tuhan itu jauh. Tetapi juga menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang membumi, rasional, sekaligus pe...
Main Author: | Rudiyanto SW Al-Kedokany, 1978- (-) |
---|---|
Other Authors: | Led Zappelin (-) |
Format: | Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Jakarta :
Gerrmedia Pressindo
, 2014.
|
Edition: | Cet.1 |
Subjects: |
Summary: |
Kisah yang menuntun bagi seseorang yang belum merasakan kebahagiaan dengan Tuhan atau bagi mereka yang tidak puas dengan keateisannya. Menunjukkan bahwa Islam bukan hanya agama ritual semata, seolah Tuhan itu jauh. Tetapi juga menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang membumi, rasional, sekaligus penuh cinta. Ajaibnya, kekuatan cinta dan kerasionalan Islam itu sendiri tidak sedikit dibuktikan oleh penganut bukan muslim setelah melalui penelitan dan pembuktian yang mendalam, yang kemudian akhirnya mereka takjub dan memeluk Islam. Secara sukarela para intelektual, pastur, bahkan penganut ateis sekalipun akhirnya memilih jalan Islam sebagai pilihan hidupnya. Bayangkan apa saja risiko yang mereka hadapi? Al-Qur'an dapat dipelajari oleh siapa pun yang ingin mengkajinya. Ia tidak cukup hanya dijadikan sebatas dogma yang berisi perintah dan larangan Tuhan. Karena bagaimana pun tidak semua orang sama dalam memahaminya; ada yang mempelajari dan mengimani Al-Qur'an dengan hatinya ada juga dengan akalnya. Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata, "Andaikata agama itu cukup dengan nalar/akal, maka bagian bawah khuf (alas kaki) lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. Aku benar- benar melihat Rasulullah mengusap bagian atas khuf-nya.? Juga, Umar bin Al-Khaththab ra. berkata ketika mencium Hajar Aswad, "Sesungguhnya aku tahu engkau hanya sekedar batu yang tidak bisa memberi madharat dan manfaat. Kalau tidak karena kulihat Rasulullah menciummu, tentu aku tidak akan menciummu.? Jika kita mengamati apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khathab, boleh jadi Islam tidak diterima oleh orang-orang yang masih menggunakan akal dalam memaknai kitab suci atau agama. Iman tidak pernah membutuhkan konfirmasi fisikal untuk doktrin-doktrinnya. Orang-orang shalih jaman dahulu akan bersikap amantu bi la kaifa terhadap i?jaz Al-Qur?an. Hanya butuh keyakinan. Coba lihat manusia modern sekarang, mereka lebih suka mempersulit dirinya. Bahkan sebagian muallaf pun, seperti Jeffrey Lang, terlalu memaksakan kehendak dengan pencarian petunjuk yang logis dan tegas bagi pertumbuhan spiritualnya. Dan itulah yang pada akhirnya menjadikan Jeffrey Lang keluar dari Katholik menjadi atheis, anti Tuhan. Atau kalaupun ada Tuhan, tapi baginya telah mati. Agama sebelumnya tidak bisa menjawab kegalauan pikiran Jeffrey yang selalu diukur dengan masuk akal atau tidak. Dan aturan-aturan seperti ini sudah dijadikan pegangan hidup Jeffrey, tak terkecuali Al-Qur?an. Ia pun mencoba menelanjangi, mendebat dan mengkritik habis-habisan Al-Quran dengan akal cerdasnya. Apa yang terjadi? Bukannya Al-Qur?an yang dicampakkan olehnya karena dianggap tidak masuk akal, justru malah berbalik seratus delapaan puluh derajat. Ternyata setelah ia mempelajari Al-Qur'an semuanya masuk akal. Dan dari sinilah akhirnya dia bersyahadat. Dengan demikian, agar Al-Qur'an atau Islam bisa diterima oleh orang-orang modern yang kebanyakan selalu mendewakan akal dalam menilai sebuah kebenaran, maka potensi pengkajian dalam menyampaikan dakwah Islam dengan akal adalah mutlak harus dijelaskan secara komprehensif dan kualitatif. Sehingga, jika ada orang yang masih ragu atau tidak jadi masuk Islam hanya karena Al-Qur'an itu dianggap tidak rasional, sebenarnya bukanlah Al-Qur'an dan kemukjizatannya yang harus diragukan. Namun keinginan dari nalar sempitlah yang mengajak kepada keraguan. |
---|---|
Physical Description: |
211 hlm. : ilus. ; 22 cm |
ISBN: |
9786027860254 |