Menjadi Pemimpin yang Ramah dan Peduli Rakyat Melihat Populisme pada Anies Baswedan di Tengah Pandemi COVID-19
Main Authors: | LUCIA MARIETTA S, Evi Lina Sutrisno |
---|---|
Format: | Thesis |
Terbitan: |
S1 POLITIK DAN PEMERINTAHAN Universitas Gadjah Mada
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/210908 |
Daftar Isi:
- Penelitian ini ingin melihat populisme Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di masa krisis pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan kerangka teori populisme karena situasi krisis membuka tantangan sekaligus peluang bagi para aktor politik untuk membuktikan bahwa mereka mampu menangani krisis secara efektif dan tetap mengawal kepentingan rakyat. Namun, dalam berbagai studi sebelumnya, ditunjukkan adanya kecenderungan dimana aktor politik sering menggunakan strategi dan cara-cara untuk meningkatkan popularitas mereka dengan gaya retorika dan seolah-olah membela rakyat. Tidak jarang aktor politik membelah masyarakat demi popularitas dan elektabilitas pribadi. Namun, secara substansial, sebenarnya populisme juga merupakan upaya pemimpin untuk meyakinkan rakyat bahwa mereka mampu dan tanggap dalam memimpin, termasuk mengatasi bencana. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi media sosial dengan menggunakan data-data media sosial Instagram Anies Baswedan maupun media massa. Penggunaan data Instagram selaras dengan kecenderungan meningkatnya penggunaan media sosial oleh masyarakat Indonesia sehingga beberapa aktor politik menggunakan media sosial sebagai medium membangun populisme. Peneliti melakukan analisis isi atas postingan dari akun Instagram Anies Baswedan yang berkaitan dengan wabah COVID-19. Penelitian ini menemukan bahwa Anies Baswedan tidak menggunakan strategi politik dan gaya politik populis di balik tindakan manajemen pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta karena tidak terpenuhinya salah satu aspek dan fitur pada pendekatan populisme yang dipergunakan. Memang sejak awal kemunculan COVID-19 di Wuhan, China, Anies Baswedan telah menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang tanggap, hati-hati dan mengawal kepentingan masyarakat dalam menghadapi potensi wabah COVID-19. Sikap ini bertolak belakang dengan sikap Pemerintah Pusat yang awalnya cenderung meremehkan wabah COVID-19. Selama penanganan COVID-19, Anies Baswedan berhasil menunjukkan keberpihakannya pada rakyat kecil, yang dapat dilihat dari pilihan kebijakan populisnya, seperti pembagian masker gratis dan penyediaan jaringan wifi bagi seluruh warga Jakarta. Namun, Anies Baswedan juga menyesuaikan kriteria populisme dengan situasi politik nasional dan lokal. Bila umumnya aktor populis mencoba menciptakan konfrontasi antara rakyat dan elit, Anies Baswedan tidak melulu menyerang Pemerintah Pusat yang memiliki kebijakan berbeda. Anies Baswedan sadar bahwa wabah COVID-19 ini merupakan krisis besar dan harus dikerjakan bersama-sama. Alih-alih menciptakan musuh, strategi populisme Anies Baswedan mengerucut pada upaya mengatasi COVID-19 seefektif mungkin untuk memenangkan kepercayaan rakyat bahwa ia adalah pemimpin yang mampu mengambil kebijakan yang tepat dan berpihak pada masyarakat kecil. Dalam gaya komunikasinya, Anies Baswedan menggunakan cara good manners yang membangun kesan sebagai pemimpin yang suka bekerjasama, ramah, santun, berbudi, sabar dan mengayomi masyarakat kecil.