Makna Kesejahteraan Subjektif (Subjective Well-Being) bagi Perempuan Penyandang Disabilitas dalam Masa Pandemi Covid-19 (Studi di Kelompok Swadaya Masyarakat Harapan Mulia Desa Resapombo Kecamatan Doko Kabupaten Blitar)

Main Authors: LUTFIA NUR HIDAYAH, Nurhadi, S.Sos., M.Si., Ph.D
Format: Thesis
Terbitan: S1 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN Universitas Gadjah Mada , 2022
Subjects:
Online Access: http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/210637
Daftar Isi:
  • Perbedaan makna kesejahteraan dalam konsep welfare dan well-being telah menciptakan kesenjangan dalam produk kebijakan sosial, yang dapat terlihat dari upaya pencapaian kesejahteraan kelompok rentan yang seringkali didominasi oleh aspek objektif-material. Kesejahteraan subjektif (subjective well-being) menjadi salah satu konsep yang melahirkan pandangan bahwa setiap individu sesungguhnya memiliki keyakinan masing-masing atas segala hal yang dapat membuatnya sejahtera. Sebagai bagian dari kelompok penyandang kerentanan ganda, persepsi perempuan disabilitas atas kesejahteraan menjadi isu menarik ketika berkaitan dengan situasi pandemi Covid-19. Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan subjektif perempuan penyandang disabilitas dalam masa pandemi Covid-19, sebagai salah satu upaya untuk memaknai konsep kesejahteraan secara utuh. Dalam penelitian ini, perspektif interseksionalitas Kimberle Crenshaw digunakan untuk meninjau posisi perempuan yang tidak dapat dipahami sebagai kelompok rentan yang homogen. Perspektif ini meyakini bahwa pengalaman multidimensional perempuan seringkali saling eksklusif satu sama lain, sehingga dibutuhkan pendekatan yang dapat merangkul pengalaman perempuan dengan mempertimbangkan interseksionalitasnya. Lebih jauh, konsep kerentanan dan perspektif �titik temu� dikaitkan dengan kesejahteraan subjektif sebagai bagian dari implikasi adanya pandemi Covid-19.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif interpretatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah perempuan penyandang disabilitas yang bergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Harapan Mulia. Informan utama berjumlah sembilan orang dan telah ditentukan melalui beberapa karakteristik, yaitu jenis disabilitas, variasi usia, status pernikahan dan status keanggotaan di KSM Harapan Mulia. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan studi literatur, yang selanjutnya dianalisis hingga didapatkan berbagai temuan yang dituliskan secara runtut.Penelitian ini menunjukkan dua hasil penting. Pertama, realitas kerentanan ganda perempuan penyandang disabilitas ditunjukkan oleh adanya kecenderungan aktivitas yang terbatas pada pekerjaan domestik, posisi yang lebih rentan mengalami kekerasan seksual serta adanya kerentanan khusus yang dialami selama masa pandemi Covid-19. Kedua, kesejahteraan subjektif perempuan penyandang disabilitas ditunjukkan oleh komponen kognitif (kepuasan hidup) yang dapat dilihat dari adanya penerimaan diri, merasa cukup dan selalu bersyukur, hubungan sosial yang positif dengan orang lain serta ketersediaan untuk mengorbankan diri. Selain itu, afek positif ditunjukkan dengan adanya perasaan bangga, merasa disayangi dan dihargai, kemauan untuk bekerja keras serta munculnya rasa rindu. Di sisi lain, afek negatif ditunjukkan dengan adanya perasaan malu, merasa menjadi beban bagi orang lain serta adanya rasa takut dan sedih.