HUBUNGAN STANDAR DEVIASI VARIABILITAS GLIKEMIK TERHADAP DISFUNGSI DIASTOLIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN GAGAL JANTUNG FRAKSI EJEKSI NORMAL

Main Authors: IMAM MANGGALYA A, dr. Vita Yanti Anggraeni, M.Sc., PhD., Sp.PD-KKV, Sp.JP., dr. Vina Yanti Susanti, M.Sc., PhD., Sp.PD-KEMD
Format: Thesis
Terbitan: ILMU PENYAKIT DALAM Universitas Gadjah Mada , 2022
Subjects:
Online Access: http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/210203
Daftar Isi:
  • Latar belakang: Kendali glikemik suboptimal yang ditandai dengan variabilitas glikemik (VG) yang tinggi meningkatkan risiko kardiomiopati diabetik. Hubungan antara diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) dengan gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang normal atau disebut dengan istilah Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFpEF) yang diawali dengan terjadinya disfungsi diastolik juga telah dipelajari secara luas. Namun, apakah standar deviasi (SD) VG secara independen berhubungan dengan disfungsi diastolik pada pasien DM tipe 2 dengan HFpEF masih belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Tujuan: Untuk menyelidiki hubungan antara SD VG dengan disfungsi diastolik pada pasien DM tipe 2 dengan HFpEF.Metode: Studi potong lintang menggunakan data rekam medik elektronik dari bulanOktober 2021 hingga Januari 2022. Total subyek berjumlah 66 pasien dengan DM tipe 2 dan HFpEF tanpa penyakit jantung koroner maupun penyakit katup jantung. Karakteristik dasar, variabel klinis dan laboratorium, pengobatan dan data ekokardiografi dinilai. SD VG dihitung dari SD beberapa pengukuran glukosa darah sebelum ekokardiografi. Subyek dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan rerata SD VG dengan analisis ROC (Receiver Operating Characteristic) menjadi SD VG tinggi dan rendah. Fungsi diastolik dianalisis menggunakan parameter ekokardiografi.Hasil: Left Ventricular Ejection Fraction (LVEF) secara signifikan lebih rendah pada kelompok SD VG tinggi (>=49,448 mg/dL) dibandingkan dengan pasien dengan SD VG rendah (65.48+-9.47 dibanding 68.20+-8.12, p=0.0408) meskipun memiliki karakteristik dasar serupa. Selanjutnya, SD VG tinggi juga berhubungan secara bermakna dengan Systemic Inflammation Index (SII) (993.61+-852 dibanding 610.38+-345.3, p=0.040) dan HbA1c yang lebih tinggi (8.23+-1.79% dibanding 7.05+-1.21%, p=0.018). Kemudian, hasil utama penelitian ini adalah SD VG tinggi secara signifikan berhubungan dengan disfungsi diastolik (Odds Ratio: 8.16; Confidence Interval 95% = 1.143-95.97; p=0.0451). Kesimpulan: SD VG yang tinggi berasosiasi dengan disfungsi diastolik. Kendali glikemik optimal diwakili oleh SD VG yang rendah berpotensi dapat menjadi parameter evaluasi dalam menghambat perkembangan HFpEF pada pasien DM tipe 2.