Variasi Spasial Ambang Batas Curah Hujan berbasis Data Satelit terhadap Kejadian Longsor di Kabupaten Magelang
Main Authors: | YENNI ROSHALLINA, Dr. rer.nat. M.Anggri Setiawan, M.Si, Dr. Eng. Guruh Samodra, M.Sc. |
---|---|
Format: | Thesis |
Terbitan: |
MAGISTER ILMU LINGKUNGAN Universitas Gadjah Mada
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/210170 |
Daftar Isi:
- Kesiapsiagaan dan mitigasi bencana longsor masih memerlukan inovasi kajian yang terkait dengan analisis spasial ambang batas hujan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi ambang batas hujan penyebab longsor di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini mengintegrasikan informasi kejadian tanah longsor yang disesuaikan dengan data curah hujan per jam yang diperoleh dari Integrated Multi-SatellitE for GPM (IMERG). Penentuan ambang batas hujan dikerjakan secara statistik berdasar model empiris antara kejadian kumulatif dengan durasi hujan (ED) yang mengakibatkan longsor. Metode penelitian dilakukan dengan teknik geo-informatik yakni akuisisi data, interpretasi, dan analisis spasial. Peta bentuklahan dihasilkan dari interpretasi secara visual terhadap citra satelit dan Digital Elevation Model (DEM). Bentuklahan dikelompokkan berdasarkan wilayah pegunungan, meliputi kompleks Gunungapi Merapi, Merbabu, Sumbing, Telomoyo, Andong, dan Pegunungan Menoreh. Data satelit IMERG dan inventarisasi tanah longsor digunakan untuk menentukan ambang curah hujan. Penilaian akurasi dilakukan dengan membandingkan data IMERG dengan data yang diperoleh dari stasiun cuaca. Hasil uji akurasi menunjukkan tingkat akurasi 0,69. Data hujan meliputi kejadian kumulatif dihubungkan dengan durasi hujan pada grafik E-D dengan analisis regresi power dan menentukan batas terendah pada grafik yang disajikan dalam grafik skala logaritmik yang dibentuk scatter plot untuk menetapkan ambang E-D empiris.Hasil penelitian menunjukkan nilai ambang batas hujan di setiap bentuklahan bervariasi. Usulan ambang batas hujan untuk durasi dan kejadian kumulatif dengan probabilitas 5% ditentukan dengan formula E = 0,26 . D1,68 untuk wilayah Gunungapi Merapi, E = 0,20 . D1,51 di wilayah Merbabu, E = 0,27 . D1,56 di wilayah Telomoyo, E = 0,34 . D1,70 di wilayah Andong, E = 0,16 . D1,48 di wilayah Sumbing, dan E = 0,23 . D1,7 untuk wilayah Pegunungan Menoreh. Ambang batas hujan pemicu longsor diharapkan dapat digunakan sebagai upaya sistem peringatan dini dan dapat digunakan untuk analisis penilaian bahaya dan risiko longsor.