DIABETES MELLITUS TIPE 2

Main Authors: IKA SARI GUNAWAN, dr. S. Yudha Patria, PhD, SpAK, dr. Desy Rusmawatiningtyas, M.Sc, SpAK
Format: Thesis
Terbitan: ILMU KESEHATAN ANAK Universitas Gadjah Mada , 2022
Subjects:
Online Access: http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/210155
Daftar Isi:
  • Diabetes melitus (DM) tipe 2 atau disebut juga sebagai non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. DM tipe 2 disebabkan karena dua hal yaitu penurunan respons jaringan perifer terhadap insulin, peristiwa tersebut dinamakan resistensi insulin, dan penurunan kemampuan sel beta pancreas untuk sekresi insulin sebagai respons terhadap beban glukosa. DM tipe 2 merupakan golongan diabetes dengan prevalensi tertinggi. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor diantaranya faktor lingkungan dan faktor keturunan. Faktor lingkungan disebabkan karena adanya urbanisasi sehingga mengubah gaya hidup seseorang yang mulanya konsumsi makanan yang sehat dan bergizi dari alam menjadi konsumsi makanan yang cepat saji. Makanan cepat saji berisiko menimbulkan obesitas sehingga seseorang berisiko DM tipe 2. Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali lebih besar mengalami DM tipe 2 daripada orang dengan status gizi normal. Penyandang DM memiliki risiko timbulnya penyakit. Orang dengan DM memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami jantung koroner, lebih rentan menderita gangrene sebesar lima kali, tujuh kali lebih rentan mengidap gagal ginjal, dan 25 kali lebih rentan mengalami kerusakan retina yang mengakibatkan kebutaan pada penyandang DM tipe 2 daripada pasien non DM. Komplikasi yang sudahdisebutkan mengakibatkan terjadinya angka kematian dan angka kesakitan non hiperglikemi. Manajemen pada pasien DM tipe 2 adalah terapi yang adekuat dan mencegah komplikasi akut maupun komplikasi jangka panjang. Modifikasi gaya hidup, seperti rekomendasi diet dan aktivitas fisik, harus segera dimulai saat diagnosis DM tipe-2 ditegakan. Target terapi DM tipe-2 adalah kadar HbA1c < 6,5%. Terapi medikamentosa DM tipe-2 meliputi metformin dan atau insulin, tergantung gejala, beratnya hiperglikemia, dan ada tidaknya ketosis/ketoasidosis.Penderita yang secara metabolik tidak stabil memerlukan insulin, sedangkan yang secara metabolik stabil bisa mulai dengan metformin monoterapi. Kegagalan mencapai target HbA1c < 6,5% setelah 3-4 bulan pemberian metformin merupakan indikasi pemberian insulin basal. Bila target HbA1c tidak tercapai setelah pemberian kombinasi metformin dan insulin basal (sampai dosis 1,2 U/kg), insulin bolus kerja pendek sebelum makan bisa ditambahkan. Pada laporankasus ini kami paparkan satu kasus pasien perempuan usia 11 tahun dengan DM tipe 2. Dengan melakukan pengamatan dan melakukan intervensi sesuai yang disebutkan pada literatur,diharapkan kontrol metabolik yang baik pada pasien ini sehingga meskipun pengobatan akan berlangsung lama, anak dapat tetap tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetiknya dan komplikasi-komplikasi penyakit dapat dicegah.