IMPLEMENTASI SISTEM BAGI HASIL PADA PERKEBUNAN KARET RAKYAT MASYARAKAT KABUPATEN KAMPAR RIAU

Main Authors: Indrayani, Henni, Harkaneri, Harkaneri
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau , 2019
Online Access: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-iqtishad/article/view/6810
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-iqtishad/article/view/6810/3908
Daftar Isi:
  • Masyarakat Kampar sudah lama melakukan sistem bagi-hasil di perkebunan karet dengan istilah bagi-hasil gotah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang penerapan bagi-hasil pada perkebunan karet rakyat masyarakat Kampar Riau (bagi-hasil gotah) dari sudut pandang pelaku yang menghayati kejadian bagi-hasil gotah pada perkebunan karet rakyat Kampar melalui pengamatan yang bersifat partisipatif.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Etnografi.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan obeservasi-partisipasi dan wawancara secara terbuka dan mendalam, Penelitian ini menggunakan model analisis data dari Spradley (1997), meliputi analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema kultural.Hasil studi ini antara lain: Bagi-hasil gotah merupakan bagi-hasil yang merupakan tradisi adat yang diturunkan secara turun-temurun dan bersendikan kepada nilai-nilai syara (agama Islam). Bagi-hasil gotah terbagi atas : bagi duo (1/2 untuk pemilik dan 1/2 untuk tukang motong), bagi tigo (1/3 untuk pemilik dan 2/3 untuk tukang motong, bagi ompek (1/4 untuk pemilik dan 3⁄4 untuk tukang motong ) dan bagi limo (2/5 untuk pemilik dan 3/5 untuk tukang motong). Bagi-hasil gotah merupakan bagi-hasil yang unik dimana bagian yang terbesar untuk tukang motong, ini menunjukkan keberpihakan kepada pekerja yang ekonominya lemah. Hal ini sangat berbeda sekali dengan ekonomi kapitalis yang berpihak ke pemilik modal. Harga karet berflutatif sesuai dengan harga pasar internasional. Petani karet tidak mengetahui pergerakan harga pasar ini, semata-mata informasi harga getah yang mereka dapatkan hanya harga dari toke getah. Harga karet yang rendah menjadi permasalahan dalam sistem bagi-hasil karet rakyat, sehingga banyak banyak tukang motong yang berhenti memotong dan mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan, begitu juga dengan petani karet banyak yang menjual kebun karetnya atau mengubah fungsi kebun karetnya menjadi perkebunan kelapa sawit.Diharapkan pemerintah untuk lebih memperhatikan petani karet, terutama petani karet rakyat dengan memberikan bantuan bibit unggul, pupuk, modal, pelatihan dan pendidikan tentang perkebunan karet, membentuk kelompok petani dan mengawasi harga karet. Diharapkan petani karet membentuk koperasi atau melakukan kerja sama dengan 10 atau 20 orang petani yang berkomitmen untuk menghasilkan karet putih yang bebas dari kotoran kemudian diantar langsung ke pabrik tanpa melalui tangan ketiga, petani bisa lebih untung karena pabrik mau membeli dengan harga yang lebih tinggi. Lebih dari 80% dari produksi karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk barang mentah, sehingga fluktuasi harga di pasar dunia sangat merugikan petani di dalam negeri. Berbeda jika ekspor dalam bentuk barang jadi seperti ban dan produk karet lainnya yang harganya lebih stabil berbeda dengan barang mentah yang fluktuatif dan rentan dengan aksi para spekulan. Kata kunci: Bagi-hasil, perkebunan karet, etnografi, bagi-hasil gotah