MEWASPADAI MISKONSEPSI NILAI BUDAYA DALAM PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL

Main Author: Diniaty, Amirah
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau , 2018
Online Access: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/EGCDJ/article/view/4826
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/EGCDJ/article/view/4826/3049
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/EGCDJ/article/downloadSuppFile/4826/383
Daftar Isi:
  • Perbedaan budaya antara klien dan konselor akan menjadi penghambat tercapainya konseling yang efektif jika konselor tidak mewaspadai miskonsepsi dan terjadinya kesalahpahaman terhadap nilai budaya klien. Miskonsepsi tersebut dapat berupa culturally encalsulated, overculturalizing, rasisme dan proses akulturasi klien. Konselor perlu memahami dan memiliki wawasan budaya yang cukup dan mempelajari keterkaitanya dengan perilaku klien. Salah satu model perspektif lintas budaya yang dapat dipakai konselor dalam mencegah terjadinya miskonsepsi nilai budaya adalah model McFadden. Model ini menekankan perlunya konselor menguasai pengetahuan akan budaya klien, memahami etnik, ras, performa, percakapan, tingkah laku kelompok sosial dari klien agar bisa memiliki komunikasi yang bermakna, dan penggunaan pendekatan konseling yang tepat.