Daftar Isi:
  • Kehadiran anak autisme dalam keluarga memiliki efek yang mendalam dan mempengaruhi hubungan persaudaraan dengan saudara kandungnya terutama pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah memahami gambaran hubungan persaudaraan remaja yang memiliki saudara kandung penyandang autisme. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah sepuluh orang, dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam. Analisis data menggunakan teknik analisis data model interaktif dari Milles dan Huberman (1994). Hasil penelitian menggambarkan bahwa secara keseluruhan hubungan persaudaraan yang terjalin antara remaja dan saudara autisme didasari oleh hubungan kedekatan emosional, hubungan yang berkonflik dan persaingan saudara. Hubungan berkonflik ditandai dengan adanya perasaan malu, tidak mengakui saudara autisme serta konflik batin dalam perilaku menutup-nutupi kondisi saudara autisme. Hubungan ini menyebabkan ketidakmampuan menjalin relasi sosial sehingga hubungan remaja dengan saudara autisme diwarnai persaingan. Persaingan ditandai adanya rasa cemburu dan rasa marah ketika disuruh mengalah dan mengasuh adik. Selain itu, hubungan yang dekat ditandai adanya interaksi positif yaitu tetap memberi dukungan dan memiliki empati terhadap saudara autisme. Hubungan dekat tersebut disebabkan oleh adanya penerimaan remaja terhadap kondisi saudara autisme sehingga membentuk karakteristik remaja menjadi pribadi yang lebih empati, meningkatkan kekuatan spiritual dengan cara bersyukur, memiliki kontrol emosi yang baik dengan cara lebih sabar serta toleransi terhadap perbedaan.