AL-‘IZHAM DALAM AL-QUR’AN DAN RELEVANSINYA DENGAN PROSES PENCIPTAAN DAN KEBANGKITAN MANUSIA (Studi Komparatif AntaraTafsîr al-Kabîr Aw Mafâtîh al-Ghaib Dan Tafsir Khawatir As-Sya’râwî Haul al-qur’an al-karim)
Daftar Isi:
- Skripsi yang berjudul: “al-‘Izham dalam al-Qur’an dan Relevansinya dengan Proses Penciptaan dan Kebangkitan Manusia (Studi komparatif antara tafsîr al-Kabîr aw Mafâtîh al-Ghaib dan tafsîr Khawatir as-sya’rawi haul al-qur’an al-karim)” ditulis oleh: Muhammad Firdaus membahas tentang al-‘Izham dalam al-Qur’an. Kata al-‘Izhâm berarti tulang, persoalan tentang tulang telah dibahas dalam al-Qur’an dan hal ini sering menjadi perhatian umat manusia, karena perkara ini sering menjadi perdebatan di kalangan ilmuan, khususnya orang-orang non Muslim. Yang selalu bertanya-tanya, “Apa betul manusia yang telah mati itu akan dibangkitkan untuk diberikan pembalasan? Siapakan yang akan membangkitkannya? Bagaimana mungkin jasad manusia yang telah hancur libur bisa dihidupkan kembali seperti semula? Penelitian ini membandingkan dua pemikiran ulama tafsir Klasik dan Kontemporer, yakni Imam Fakhruddin al-Razi dan Muhammad al-Mutawali alSya’râwî dengan menggunakan metode Tafsir Muqâran (perbandingan) antara dua tokoh muslim guna memperluas khazanah keilmuan agar kita (umat muslim) tidak terperosok kepada pemikiran orang-orang non muslim. Setelah melakukan penelitian ini dapat diketahui bahwa, Proses penciptaan manusia diawali dengan air mani yang kemudian dirubah oleh Allah menjadi segumpal darah, segumpal darah itu dijadikan segumpal daging atau menjadikan segumpal darah tadi kebentuk bagian-bagian anggota tubuh seakan-akan Allah SWT akan menciptakan bagian-bagian anggota tubuh yang sempurna. Kemudian, Allah menjadikan daging-daging tersebut menjadi tulang-tulang, lalu, tulangtulang itu dibungkus dengan daging, setelah itu terbentuklah seorang makhluk lalu ditiupkan ruh dan dilahirkan ke-dunia. Dalam perkara ini Imam al-Razi dan alSya’rawi sepakat, namun penulis lebih cenderung kepada pendapat yang dikemukakan oleh al-Sya’rawi, karena beliau menjelaskan permasalahan ini secara terperinci, jelas, simpel dan mudah untuk dipahami oleh masyarakat umum. dibandingkan imam Fakhruddin al-Razi lebih cenderung dan tenggelam ke dalam pemikiran filsafat yang dikerumuninya,lalu membantahnya, walaupun terkadang penjelasannya tidak terlalu memuaskan, sehingga tujuan dan maksud dari ayat itu sendiri tidak tercapai. Proses penciptaan manusia yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam alQur’an adalah benar adanya dan sesuai dengan penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ilmuan-ilmuan di zaman sekarang. Yaitu: Manusia diciptakan dari air mani lalu air mani itu dirubah sifatnya menjadi segumpal darah, kemudian segumpal darah itu dijadikan segumpal daging, dari segumpal daging itu dijadikan tulang-belulang, lalu tulang-tulang (kerangka manusia) dibungkus dengan daging, setelah itu terbentuklah seorang makhluk lalu ditiupkan ruh dan dilahirkan kedunia. Kemudian, dalam masalah hari kebangkitan tulang-tulang manusia yang telah hancur (kiamat), mayoritas kalangan musyrik (kafir) tidak beriman bahwa Allah SWT akan membangkitkan dan menghidupkan orang-orang yang telah mati untuk diberikan pembalasan sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing ketika hidup di dunia.