Daftar Isi:
  • Santriwatimelalui masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan pertama (pesantren). Santriwatimengalami top-dog phenomenon, yaitu perubahan keadaan dari posisi teratas, dan paling berkuasa di sekolah dasar, menjadi siswa di posisi yang terendah di sekolah lanjutan pertama, menjadi murid-murid yang paling muda, paling lemah di sekolah. Disamping itu santriwati juga menghadapiaturan, aktivitas, dan budaya yang berbeda dengan situasi dan kondisi yang ada di rumah. Oleh karenanya diperlukan kemampuan penyesuaian diriyang baik.Mampu tidaknya santriwatimelakukan penyesuaian diri dalam situasi dan lingkungan baru dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah dukungan sosial keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antaradukungan sosial keluarga dengan penyesuaian diripada santri. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu, ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan penyesuaian diri pada santri. Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 254santripondok pesantren Ummu Sulaimdi kota Pekanbaru. Data diperoleh dengan menggunakan skala, skala dukungan sosial keluarga dan skala penyesuaian diri . Hasil analisa korelasi Product Momentmenunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan penyesuaian diri pada santridengan koefisien korelasi0,467dengan signifikansi p = 0,000 (p =<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan penyesuaian diri, semakin tinggidukungan sosial keluarga yang diberikan kepada santri maka semakin tinggi kemampuan penyesuain diri santri.Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Penyesuaian diri