BLAMMING CULTURE DAN SANKSI KESALAHAN DALAM BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
Main Author: | Velyana, Diny |
---|---|
Other Authors: | LP3M STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU |
Format: | Article info application/pdf Journal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
STIKes Muhammadiyah Pringsewu
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://e-journal.stikesmuh-pringsewu.ac.id/index.php/JIK/article/view/23 https://e-journal.stikesmuh-pringsewu.ac.id/index.php/JIK/article/view/23/22 |
Daftar Isi:
- Budaya keselamatan pasien di RS PKU Muhammadiyah Unit II belum berjalan dengan baik, ditandai oleh banyaknya pelaporan insiden keselamatan pasien yang tercatat oleh TIM KPRS. Padahal rumah sakit bertype C yang sedang mempersiapkan akreditasi KARS 2012 ini memiliki kewajiban untuk menerapkan budaya keselamatan pasien dalam proses pemberian pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixedmethods research yaitu metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study) dengan rancangan penelitian deskriptif . subjek penelitiannya adalah perawat/bidan pelaksana yang berhubungan langsung dengan pasien sebanyak 76 orang. Pengukuran budaya keselamatan pasien menggunakan kuesioner AHRQ (Agency For HealthcareResearch and Quality) tahun 2004 yang berjudul HSOPSC (Hospital Survey onPatient Safety Culture) dilengkapi dengan data wawancara dan laporan insiden keselamatan pasien dari TIM KPRS Muhammadiyah Unit II. Penerapan budaya keselamatan pasien di RS PKU Muhammadiyah Unit II masuk dalam kategori cukup dengan nilai mean sebesar 74.09. Terdapat Gap/perbandingan pelaporan antara TIM KPRS dan hasil penelitian di lapangan serta ditemukannya hambatan-hambatan dalam penerapan budaya keselamatan pasien di RS PKU Muhammadiyah Unit II yang berasal dari dukungan manajemen yang masih belum optimal, tingginya jam kerja dan beban kerja yang tidak sesuai serta masih terdapat adanya proses tahapan program keselamatan pasien yang belum terlaksanakan. Budaya keselamatan pasien di RS PKU Muhammadiyah Unit II masuk dalam kategori cukup, tetapi perlu dukungan manajemen dan optimalisasi program keselamatan pasien.