Wacana Seksisme Dalam Berita “Surganya Mesum” (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Mengenai Wacana Seksisme dalam Berita Surganya Mesum pada Harian Pagi Radar Bandung Edisi 17 November 2018)
Daftar Isi:
- Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Wacana Seksisme dalam berita “Surganya Mesum”. Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menganalisis dalam dua sub fokus yaitu : Posisi Subjek-Objek dan Posisi Penulis-Pembaca. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis wacana kritis model Sara Mills. Objek yang dianalisis adalah teks berita “Surganya Mesum” yang diterbitkan Harian Pagi Radar Bandung edisi 17 November 2018. Peneliti ingin menganalisis wacana seksisme yang terdapat dalam teks tersebut. Data penelitian yang diperoleh melalui studi pustaka, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen, analisis teks dan Internet Searching. Informan dipilih dengan teknik Purposive Sampling yang terdiri dari lima informan kunci dan dua informan pendukung. Uji keabsahan data yang digunakan perpanjangan pengamatan, Meningkatkan kecermatan dalam penelitian, Triangulasi, dan Membercheck.Hasil penelitian menunjukkan sesuai dengan tahapan analisis Sara Mills, bahwa: posisi subjek-objek dalam berita ini melibatkan Satpol PP Kota Bandung wartawan, desain layout, redaktur, dan perempuan. Tubuh perempuan menjadi sosok yang paling ditonjolkan dalam berita ini demi menarik minat pembaca. Penonjolan ini akhirnya menggeser fokus pembaca bukan pada kasusnya, melainkan kepada tubuh perempuan yang dieksploitasi. Posisi penulis-pembaca, penulis mengobjektifikasi perempuan dan pembaca juga mengobjektifikasi diri sendiri. Pada akhirnya, pembaca menempatkan dirinya dalam teks.Kesimpulan dari penelitian ini adalah wacana seksisme dalam berita ini bukan lagi bicara masalah eksploitasi tubuh perempuan melainkan kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi Harian Pagi Radar Bandung lebih dominan daripada niat untuk menjalankan fungsi kontrol sosial dalam masyarakat. Sehingga teks ini kemudian menjadi bias gender dan mengobjektifikasi perempuan. Adapun saran dari peneliti agar media massa membekali wartawannya dengan pengetahuan mengenai gender dan wacana.