Antimalarial Activity of Multiple Dose and Single Dose Administration of Artocarpus Champeden Spreng. Stembark Extract on Plasmodium Berghei Infected Mice
Main Authors: | SARI, SOFIANA, HAFID, ACHMAD FUAD, WIDYAWARUYANTI, ATY |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
, 2015
|
Online Access: |
http://jifi.farmasi.univpancasila.ac.id/index.php/jifi/article/view/114 http://jifi.farmasi.univpancasila.ac.id/index.php/jifi/article/view/114/76 |
Daftar Isi:
- Artocarpus champeden Spreng. (Moraceae) known as “cempedak”, was traditionally used for antimalarial remedies in Indonesia. Study to determine antimalarial activity of ethanol extract of cempedak stembark was carried out. Artocarpus champeden Ethanol Extract (ACEE) was administered twice per day (multiple dose) and once per day (single dose) orally. The study was carried out by modification method of the “4 Days Suppressive Test” originally described by Peter. The result showed that ACEE administered twice per day inhibited parasites growth (ED 0.19 mg/kg BW) higher than once per day (ED 6.0 mg/kg BW) and 10 mg/kg body weight of dose administrated twice per day was more effective than 100 mg/kg body weight once per day.
- Artocarpus champeden Spreng. (Moraceae) dikenal dengan nama daerah cempedak, merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional untuk mengobati malaria. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antimalaria dari ekstrak etanol 80% kulit batang cempedak pada mencit terinfeksi Plasmodium berghei. Ekstrak etanol A.champeden (ACEE) diberikan dalam dosis berulang (dua kali sehari) dan dosis tunggal (sekali sehari) secara per oral. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode “4 days suppressive test” dari Peter yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ACEE yang diberikan dalam dosis berulang (ED 0,19 mg/kg BB) menghambat pertumbuhan parasit lebih tinggi daripada dosis tunggal (ED 6,0 mg/kg BB) dan dosis 10 mg/kg BB dengan pemberian berulang lebih efektif daripada dosis 100 mg/kg BB yang diberikan dalam dosis tunggal.