Gelombang Ketiga Perekonomian Asia: Pembangunan Ekonomi Berbasis Etnis
Main Author: | Yustika, Ahmad Erani |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
, 2015
|
Online Access: |
https://tema.ub.ac.id/index.php/tema/article/view/132 https://tema.ub.ac.id/index.php/tema/article/view/132/122 |
Daftar Isi:
- Dari perspektif sejarah, setidaknya gelombang kebangkitan ekonomi Asia bisa dipilah dalam dua periode. Pertama, pada dekade 1970-an Jepang menerobos perekonomian intemasional dengan kekuatan yang sangat mengesankan. Secara spesifik, Jepang -sebagai pioner negara Asia- produk manufakturnya membanjiri pasar dunia. Bisa dikatakan, fenomena Jepang ini sebagai ‘Gelombang Pertama’ perekonomian Asia. Kedua, pada dekade 1990-an, negara-negara Asia lain, seperti Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura (yang lebih dikenal sebagai 'Macan Asia ’) turut pula menyerbu pasar intemasional. Fakta ini dalam literatur ekonomi dikenal sebagai formasi 'flying geese’, di mana Jepang sebagai pemimpinnya. Kebangkitan Macan Asia ini sekaligus bisa disimpulkan sebagai ‘Gelombang Kedua perekonomian Asia’. Pada awal Abad 21 inilah Indonesia dan Malaysia bisa merumuskan 'Gelombang Ketiga’ perekonomian Asia sebagai kelanjutan dari dua gelombang ekonomi sebelumnya. Gelombang ketiga perekonomian ini bukan saja bermakna menguasai pasar dunia dengan produk Indonesia dan Malaysia, tetapi juga memberi pijakan baru tentang model pembangunan ekonomi. Pendeknya, berbeda dengan negara pengusung gelombang pertama dan kedua perekonomian Asia yang memiliki karakteristik homogenitas etnis, Indonesia dan Malaysia dapat memacu pembangunan ekonomi berbasis multietnis sebagai terobosan baru.Kata kunci: pembangunan ekonomi, gelombang ketiga, etnis, Asia, Indonesia, Malaysia