PERSEPSI NILAI ANAK PADA MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN (Survei di Kecamatan Silima Pungga Pungga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara dan Kecamatan Pulo Gadung, Kota Administrasi Jakarta Timur, DKI Jakarta)

Main Author: Sri Ningsi Sihombing, .
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.unj.ac.id/1616/1/Skripsi%20Sri%20Ningsi%20Sihombing%20%284315137065%29.pdf
http://repository.unj.ac.id/1616/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang nilai anak pada masyarakat Suku Batak Toba di perdesaan dan perkotaan ditinjau dari 4 aspek nilai kehidupan anak yaitu: (1) nilai ekonomis, (2) nilai psikososio-antropologis, (3) nilai spiritual dan (4) nilai bio-fisiologis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengukuran persepsi diukur menggunakan skala Likert. Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga Masyarakat Suku Batak Toba. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling kuota yaitu 100 responden di perdesaan dan 100 responden di perkotaan. Sumber data dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Pada masyarakat Suku Batak Toba di perdesaan ditinjau dari aspek ekonomis, memiliki persepsi bahwa anak laki-laki dipandang lebih mampu membantu pekerjaan dan memberikan tenaga secara ekonomis serta lebih dapat diharapkan untuk tumpuan hari tua orangtua dibandingkan anak perempuan. Pada masyarakat yang tinggal di perkotaan, anak perempuan justru dipandang lebih dapat diandalkan membantu dan memberikan tenaga secara ekonomis dibanding anak laki-laki. Dalam aspek psikososio-antropologis, masyarakat Suku Batak Toba di perdesaan dan di perkotaan memiliki persepsi bahwa anak laki-laki lebih dapat diharapkan sebagai generasi penerus marga sesuai dengan pandangan hidup (hagabeon) pada masyarakat Suku Batak di mana anak laki-laki dipersepsikan dapat mengangkat status keluarga. Sementara, anak perempuan dipandang memiliki nilai lebih dalam hal kepedulian terhadap orangtua dan dipandang lebih mampu untuk mengurus orangtua pada masa hari tua orangtua. Dalam aspek spiritual, masyarakat Suku Batak Toba yang tinggal di perdesaan dan di perkotaan memiliki persepsi bahwa tujuan dari perkawinan adalah untuk memperoleh keturunan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki anak sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan dan anak sebagai tempat curahan kasih sayang. Dalam aspek bio-fisiologis, responden di perdesaan dan perkotaan memiliki persepsi sama bahwa anak sebagai pengikat hubungan suami istri, anak sebagai ahli waris dalam keluarga dan melahirkan anak sebagai lambang kesempurnaan wanita.