MODEL PENYELESAIAN KONFLIK PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN BERPERSPEKTIF GENDER BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Main Authors: | Suliantoro, Bernadus Wibowo, Runggandini, Caritas Woro Murdiati |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Balai Pelestarian nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/139 http://patrawidya.kemdikbud.go.id/index.php/patrawidya/article/view/139/105 |
Daftar Isi:
- Manajemen pengelolaan dan pemanfatan hutan di Indonesia gagal mewujudkan hutan lestari dengan salah satu indikasi laju deforestasi masih tinggi. Kerusakan hutan berdimensi gender karena besaran penderitaan yang ditanggung perempuan lebih berat dibandingkan laki-laki sebagai konsekuensi logis dari fungsi reproduksi, produksi dan konsumsi yang melekat padanya.Masyarakat desa Beji memiliki ide inspiratif model pengelolaan konflik pemanfaatan hutan yang mampumemberikan rasa keadilan dan kesejahteraan bagi banyak pihak. Penelitian ini bertujuan memformulasikan model pengelolaan konflik pemanfaatan sumber daya hutan yang dilakukan masyarakat desa Beji.Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana masyarakat desa Beji memecahkan persoalan secara bijaksana pada saat menghadapi konflik antara fungsi hutan satu dengan yang lain supaya dapat diambil keputusan yang lebih memberikan rasa keadilan dan kesejahtaraan bagi banyak pihak? Penelitian menggunakan model riset partisipatoris, untuk menganalis data temuan lapangan supaya lebih mendalam menggunakan unsur metode filsafat berupa hermeneutika dan heuristika.Hasil penelitian masyarakat desa Beji menyelesaikan konflik pemanfaatan sumber daya alam hutan dengan mengembangkan pola berpikir sintesis, membangun pola hubungan dialektika positif antara perempuan dengan laki-laki, memprioritaskan kelestarian serta kesejahteraan semua mahkluk dalam jangka panjang. Nilai-nilai feminitas yang digunakan sebagai fondasi penyelesaian konflik pemanfaatan sumber daya alam adalah hormat terhadap kehidupan, kerjasama secara harmoni dengan seluruh unsur kosmis, peduli pada kepentingan semua pihak, kasih sayang (welas asih) terhadap semua mahkluk, dan berorientasi bagi kesejahteraan generasi sekarang maupun mendatang.____________________________________________________________Forest management and forest utilization in Indonesia failed to achieve its sustainability which is indicated by the high rates of deforestation. Forest destruction is a gender dimensional because the pain that women bear is heavier than men as a logical consequence of the reproductive, production and consumption functions attached to it. Beji villagers have an inspirational idea of conflict management models of forest utilization that can provide a sense of justice and prosperity for many parties. This study aims to formulate a model of conflict management about forest’s resource utilization conducted by Beji villagers. The problem under the study is how do Beji villagers solve the problem wisely when facing the conflict of the forest utilization in order to be able to take a decision that gives more sense of justice and welfare for any parties? The study used a participatory research model, in order to analyze deeper the field findings data, author uses elements of philosophical methods of hermeneutics and heuristics.The results of this research showed that Beji villagers resolved the conflict of forest utilization by developing synthetic thinking pattern, establishing positive dialectic relationship pattern between women and men, and prioritizing the sustainability and prosperity of all creatures for the long term period. The values of femininity that were used as the foundation for the settlement of natural resource utilization conflict are as follow: respecting life, harmony in cooperation with all cosmic elements, caring towards the interests of all parties, affection for all beings, and mind oriented of the welfare for present generation as well as the future generation.