UPACARA HULUWOTAN: RITUAL PADA MASYARAKAT GAMBUNG DESA MEKARSARI – KABUPATEN BANDUNG
Main Author: | Merlina, Nina |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/98 http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/98/52 |
Daftar Isi:
- Abstrak Upacara huluwotan adalah kegiatan ritual yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali, tepatnya setiap bulan silih mulud atau bulan Rabi’ul Akhir dalam kalender Islam. Kegiatan ini merupakan tradisi masyarakat Gambung yang sudah turun temurun. Upacara ini merupakan satu bentuk cacarekan atau nazar (hajat) leluhur, yang pada saat itu masyarakat Kampung Gambung kesulitan air bersih. Dipimpin oleh sesepuh kampung, masyarakat bersepakat untuk membangun solokan atau saluran air yang panjangnya kurang lebih 2 kilometer mulai dari huluwotan (mata air) di kaki Gunung Geulis sampai ke permukiman warga. Upacara tersebut sudah menjadi tradisi yang tidak pernah terlewatkan. Upacara ini sangat menarik untuk diteliti. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui proses jalannya upacara huluwotan yang mana upacara ini berkaitan dengan kekuatan alam dan kekuatan gaib dan masyarakat masih mempertahankan upacara tersebut sampai sekarang. Selain itu, tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya sebagai berikut; studi pustaka, wawancara dan observasi langsung pada masyarakat Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung. AbstractHuluwotan ceremony is a ritual held once a year, precisely every year in Mulud Rabi Late in the Islamic calendar. This event is a tradition of Gambung society, which had been started in the past time. This ceremony is a form of cacarekan or votive (lavatory) ancestors, which at that time the village communities of Gambung are having difficulties in providing clean water. Led by the village elders, the community agreed to build solokan or water channel, which has length of approximately 2 kilometers from huluwotan (springs) at the foot of Mount Geulis up to the residence.The ceremony has become a tradition that never missed. This ceremony is very interesting to be studied. The objective of this study is to determine the course of the ceremony ofhuluwotan that is associated with the forces of nature and the magicwhere the public retains the ceremony until now. In addition, another goal of the study was to see the changes and the factors that influence it. The method used in this study is a qualitative method of data collection techniques as follows; literature, interviews and direct observation in Gambung community, village Mekarsari, Pasir Jambu subdistrict, Bandung district.